DESKRIPSI
PERTEMUAN SEMESTER 3
Disusun Guna Memenuhi Tugas
UAS
Mata Kuliah: Praktikum
Ibadah Tahfiz
Dosen
Pembimbing : Mutmainnah, M.Pd.I
Disusun Oleh:
Atmimlana
Nurrona 1940210113
Muhammad
Shofi Al Mubarok 1940210121
Jarwani
Linda Listik Safitri 1940210124
Siti
Saadah 1940210142
KPI-D3
PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
2020
MATERI
1 : THOHAROH
RABU,
23 SEPTEMBER 2020
Menurut bahasa, taharoh berarti bersuci.
Sedangkan menurut istilah adalah membersihkan diri, pakaian, tempat, dan
benda-benda lainnya yang terkena najis dan hadas menurut cara-cara yang
ditentukan oleh syariat Islam.[1]
Cara-cara Taharah
Terdapat berbagai cara dalam bersuci yaitu
bersuci dengan air seperti berwudhu dan mandi wajib. Selain itu, dapat bersuci
menggunakan debu untuk bertayamum.
A.
Najis
Kata najis berasal dari bahasa arab, najasah
yang berarti najis. Najis menurut bahasa adalah sesuatu yang dianggap
menjijikkan. Sedangkan menurut istilah adalah sesuatu yang menjijikkan menurut
syara’ yang bisa mencegah keabsahan shalat. Menurut syariat Islam, najis
merupakan benda yang kotor yang mencegah sahnya mengerjakan ibadah yang
dituntut dalam keadaan suci seperti shalat dan thawaf.
Macam-macam najis dan cara mensucikan:
1. Najis
Mukhaffafah
Najis mukhaffafah termasuk dalam kategori
najis ringan, contohnya seperti air kencing anak laki-laki yang belum berumur
dua tahun dan belum makan serta minum sesuatu, kecuali air susu ibunya. Cara
mensucikannya adalah dengan cara memercikkan air pada benda yang terkena najis.
Rasul bersabda:
عَنْ أَبِي السّمْحِ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ قَالَ : قالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
يُغْسَلُ مِنْ بَوْلِ الْجَارِيَةِ، ويُرَشُّ مِنْ بَوْلِ الغُلامِ
“Kencing bayi perempuan itu dicuci,
sedangkan bayi laki-laki diperciki.”
2.
Najis Mutawassithah
Najis mutawassithah termasuk dalam kategori
najis sedang, yang termasuk dalam kelompok najis ini adalah bangkai, darah,
nanah, kotoran manusia dan binatang. Najis Mutawassithah dibagi menjadi dua
bagian, yaitu:
·
Najis Ainiyah: contohnya adalah air seni yang
masih terlihat wujudnya, bau, dan bisa dirasa.
·
Najis Hukmiyah: Bekas air seni yang sudah
mengering, tidak ada wujud, tidak berbau namun masih menetap sebagai najis.
Cara menyucikan najis mutawassithah adalah
dengan dibasuh, agar hilang sifat-sifat najisnya (wujud, warna, dan baunya)
3. Najis
Mughalazhah
Najis Mughalazhah termasuk dalam kategori
najis berat, yang termasuk najis ini adalah air liur dan kotoran anjing dan
babi, termasuk keturunannya. Cara mensucikannya adalah dengan dibasuh 7 kali.
Salah satu diantaranya dicampur dengan tanah suci.
Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
طَهُورُ إِنَاءِ أَحَدِكُمْ إِذَا وَلَغَ فِيهِ الْكَلْبُ، أَنْ
يَغْسِلَهُ سَبْعَ مَرَّاتٍ أُولَاهُنَّ بِالتُّرَابِ
Dari Abi Hurairah radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Sucinya
wadah air kalian yang diminum anjing adalah dengan mencucinya tujuh kali salah
satunya dengan tanah. (HR. Muslim)
B.Wudhu
Salah satu syarat bagi muslim ketika akan
melaksanakan ibadah salat adalah dengan berwudhu. Secara bahasa, wudhu berasal
dari bahasa Arab dari kata al-wadha’ah yang berarti kebersihan.[2] Secara
istilah, wudhu adalah aktivitas khusus yang diawali dengan niat lalu
menggunakan air pada anggota badan. (Imam AsySyirbini)
وَعَنْ حُمْرَانَ; – أَنَّ عُثْمَانَ – رضي الله
عنه – دَعَا بِوَضُوءٍ, فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ, ثُمَّ مَضْمَضَ,
وَاسْتَنْشَقَ, وَاسْتَنْثَرَ, ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ, ثُمَّ
غَسَلَ يَدَهُ اَلْيُمْنَى إِلَى اَلْمِرْفَقِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ, ثُمَّ
اَلْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ, ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ, ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ
اَلْيُمْنَى إِلَى اَلْكَعْبَيْنِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ, ثُمَّ اَلْيُسْرَى مِثْلَ
ذَلِكَ, ثُمَّ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اَللَّهِ صَلَّى عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا. – مُتَّفَقٌ عَلَيْه ِ
Dari Humran rahimahullah, bahwa ‘Utsman
radhiyallahu ‘anhu meminta untuk diambilkan air wudhu. Lalu beliau mencuci
kedua telapak tangannya, lalu berkumur-kumur, memasukkan air ke dalam hidung
dan mengeluarkannya kembali, lalu membasuh wajahnya tiga kali, mencuci tangan
kanan hingga siku tiga kali, dan demikian juga tangan kiri, kemudian mengusap
kepala, kemudian mencuci kaki kanan hingga mata kaki sebanyak tiga kali, dan
demikian juga kaki kiri, lantas berkata, “Aku melihat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallamberwudhu seperti wudhu yang telah aku lakukan ini.”
(Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 159 dan Muslim, no. 226]
Rukun Wudhu
Rukun wudhu merupakan sesuatu yang harus wajib
dilakukan ketika berwudhu. Sah atau tidaknya wudhu bergantung pada terpenuhi
atau tidaknya rukun wudhu tersebut. Dalam Madzab Syafi’i disebutkan bahwa rukun
wudhu ada enam, diantaranya:
1. Niat ketika
membasuh wajah
Rukun wudhu yang pertama adalah niat ketika membasuh
wajah. Dalam madzab Syafi’i niat hukumnya wajib dan sunnah. Niat hukumnya wajib
adalah niat yang kita hadirkan dalam hati pada saat membasuh wajah. Niat yang
dilafadzkan sebelum berwudhu hukumnya sunnah. Maka sah atau tidaknya wudhu
tergantung pada niat yang terlintas dalam hati.
نَوَيْتُ الْوُضُوْءَ لِرَفْعِ الْحَدَثِ
الْاَصْغَرِ فَرْضًا للَِّهِ تَعَالَى
Artinya : “Saya
niat wudhu untuk mengangkat hadats kecil fardhu karena Allah Ta’aala”.
Bagi orang sepuh yang selalu keluar air kencingnya karena
penyakit dab sebagainya, maka niatnya:
“Saya niat
berwudhu untuk membolehkan salat fardhu karena Allah ta’ala”.
2. Membasuh wajah
Rukun wudhu kedua adalah membasuh wajah.
Batasan wajah yakni bagian atas kening tempat tumbuhnya rambut sampai bagian
dagu. Bagi yang berjenggot tipos wajib meratakan air ke bagian luar dan dalam
jenggot. Tetapi jika jenggotnya lebat maka cukup bagian luarnya saja yang
terkena air.
Kemudian dari bagian telinga kanan sampai
telinga kiri harus terkena basuhan air.
3. Membasuh kedua
tangan hingga siku
Rukun wudhu ketiga adalah membasuh kedua
tangan sampai siku. Boleh dari ujung jari kemudian kearah siku atau sebaliknya
dari siku menuju ujung jari tangan.
4. Mengusap
sebagian kepala
Rukun wudhu keempat adalah mengusap sebagian
kepala. Para ulama Syafi’iah membolehkan usapan sebagian kepala walaupun hanya
beberapa rambut saja yang terkena usapan.
5. Membasuh kedua
kaki hingga mata kaki
Rukun wudhu kelima adalah membasuh kedua kaki
sampai dengan mata kaki.
6. Tertib
Rukun wudhu keenam adalah tertib. Dalam
berwudhu harus sesuai dengan urutannya, tidak boleh terbalik dari mulai wajah,
kedua tangan, kepala, dan kaki.
Sunnah Wudhu
1. Menghadap
kiblat
2. Bersiwak
3. Membaca
basmallah
4. Melafadzkan
niat wudhu
5. Membasuh kedua
telapak tangan
6. Berkumur-kumur
7. Istinsyaq
8. Mengusap
seluruh kepala
9. Mengusap kedua telinga
10. Menyela jenggot
dan jari
11. Mendahulukan
bagian kanan
12. Membasuh dan
tiga kali
13. Berdoa setelah
wudhu
14. Ad-Dalku
15. Muwalah
Hal-hal yang dapat membatalkan wudhu
Pertama, sesuatu yang keluar dari kemaluan. Contohnya air kencing, air
mani, wadi, madzi, darah, nanah. Berupa benda padat seperti kotoran manusia,
cacing, batu ginjal, dan lainnya. Berupa benda gas seperti kentut.
Kedua, tidur dalam keadaan tidak duduk.
Ketiga, hilang akal dengan sebab mabuk, gila, hilang kesadaran (pingsan),
dan lainnya.
Keempat, bersentuhan kulit dengan yang bukan mahram
Kelima, menyentuh qubul (kemaluan depan) secara langsung
Keenam, menyentuh dubur secara langsung
C. Tayamum
Tayamum merupakan cara bersuci pengganti wudhu
atau mandi wajib ketika tidak terdapat air bersih digantikan dengan menggunakan
tanah atau debu yang bersih.
Orang yang bertayamum ketika melakukan shalat,
tidak wajib mengulangi sholatnya ketika air sudah tersedia. Namun untuk
menghilangkan hadas, mak harus tetap menggunakan air apabila sudah tersedia.
Tayamum disyariatkan berdasarkan
firman Allah surah Al-Maidah ayat 6;
وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ
جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ
تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ
مِنْهُ
“Dan jikalau kalian dalam keadaan sakit atau
dalam perjalanan atau seseorang di antara kalian baru saja buang hajat atau
menggauli wanita, kemudian kalian tidak mendapatkan air, maka kalian lakukanlah
tayamum dengan tanah yang baik. Usaplah wajah kalian dan tangan kalian dari
tanah tersebut. Tidaklah Allah menghendaki untuk menjadikan beban bagi kalian,
melainkan Allah berkeinginan untuk membersihkan kalian dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagi kalian, agar kalian bersyukur.”
Sebab melakukan Tayamum:
1. Ketika sedang
perjalanan jauh
2. Jumlah air
sangat sedikit
3. Telah berusaha
mencari air namun tidak ditemukan
4. Air yang
suhunya mengundang kemudharatan
5. Air yang hanya
ada untuk minum
6. Air berada
ditempat jauh yang dapat membuat terlambat shalat
7. Sumber air yang
memiliki bahaya
8. Sakit dan tidak
boleh terkena air
Syarat Sah Tayamum:
1. Telah masuk
waktu shalat
2. Menggunakan
tanah berdebu yang bersih dari najis dan kotoran
3. Memenuhi sebab
melakukan tayamum
4. Sudah berupay
mencari air dan tidak ketemu
5. Tidak sedang
haid atau nifas
6. Menghilangkan
najis yang melekat pada tubuhh
Sunah Melaksanakan Tayamum:
1. Membaca
basmallah
2. Menghadap arah
kiblat
3. Membaca doa
ketika selesai tayamum
4. Mendahulukan
bagian kanan
5. Meniup debu
yang ada pada telapak tangan
6. Menggosok sela
jari setelah menyapu tangan hingga siku
Rukun Tayamum
1. Niat tayamum
2. Menyapu wajah
dengan debu atau tanah
3. Menyapu kedua
tangan hingga siku dengan debu atau tanah
Tata Cara Tayamum
1. Membaca
basmallah
2. Merenggangkan
jari, tempelkan ke debu ditekan hingga debu melekat
3. Angkat kedua
tangan lalu tiup telapak tangan untuk menipiskan debu yang menempel
4. Niat tayamum
5. Mengusap
telapak tangan ke wajah secara merata
6. Bersihkan debu
yang tersisa pada telapak tangan
7. Ambi debu
dengan merenggangkan jari-jari, tempelkan ke debu, tekan-tekan hingga debu
melekat
8. Angkat kedua
tangan lalu tiup telapak tangan untuk menipiskan debu yang menempel
9. Mengusap debu
ke tangan kanan lalu ke tangn kiri
D. Mandi Besar
Seseorang melakukan mandi wajib disebabkan
oleh selesainya menstruasi dan nifas, Keluarnya air mani dari alat kelamin
laki-laki atau perempuan karena mimpi basah,
mempermainkannya, atau sebab gairah yang timbul oleh penglihatan atau
pikiran, berhubungan seksual[3] (keluar
atau tidak mengeluarkan air mani)
Niat mandi wajib:
نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ الْحَدَثِ
اْلاَكْبَرِ مِنَ الحَيْضِ فَرْضًا ِللهِ تَعَالَى
Artinya: "Aku niat mandi untuk
menghilangkan hadats besar dari haid, fardu karena Allah ta'ala."
Adab dan Tata Cara Mandi Wajib
1. Niat
Mulai dengan niat mandi wajib untuk menghilangkan
hadats besar
2. Membersihkan
kedua telapak tangan
Membasuh tangan kiri dan bersihkan tangan
kanan dan sebaliknya dan diulangi tiga kali
3. Mencuci
kemaluan
Cuci dan bersihkan dari mani dan kotoran yang
ada pada kemaluan
4. Berwudhu
Ambil wudhu sebagaimana hendak shalat
5. Membasuh rambut
dan kepala
Masukkan telapak tangan ke air, ambillah air
dengan kedua telapak tangan, lalu gosokkan ke kulit kepala, siram tiga kali
6. Menyiram dan
membersihkan seluruh anggota tubuh
Pastikan seluruh anggota tubuh tersiram air
dan dibersihkan, termasuk lipatan serta bagian tersembunyi seperti ketiak dan
sela-sela jari.
MATERI 2 : SHOLAT SUBUH
RABU, 30 SEPTEMBER 2020
Dalam
praktikum mengenai sholat subuh yang dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 2020.
Kita ketahui bahwa pengertian sholat subuh adalah sholat yang dilaksanakan dari
terbitnya fajar shodiq sampai terbitnya matahari. Dan jumlah rakaat sholat
subuh sebanyak dua rakaat. Dalam pelaksanaan sholat subuh sama seperti sholat
fardu lainnya yaitu dalam hal rukunnya dll. Adapun rukun sholat subuh yaitu:
a. Niat
Adapun
niat sholat subuh sebagai berikut:
أُصَلِّى
فَرْضَ الصُّبْح رَكَعتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لله تَعَالَى
b. Takbiratul
ihram
Membaca
takbir kemudian disunnahkan membaca doa iftitah.
الله أكبر كَبِرًا وَالْحَمْدُ لِلهِ
كَشِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلًا . اِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ
فَطَرَالسَّمَاوَاتِ وَالْااَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا اَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
. اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلهِ رَبِّ الْعَا لَمِيْنَ
. لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَ لِكَ اُمِرْتُ وَاَنَ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
c. Berdiri
bagi yang mampu
d. Membaca
surah Al- Fatihah pada setiap rakaat
Adapun
bacaan surah Al- Fatihah sebagai berikut:
بِسۡمِ ٱللهِ
ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ (١)ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِينَ (٢) ٱلرَّحۡمَـٰنِ
ٱلرَّحِيمِ (٣) مَـٰلِكِ يَوۡمِ ٱلدِّينِ (٤)
إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ (٥) ٱهۡدِنَا
ٱلصِّرَٲطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ (٦) صِرَٲطَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ غَيۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ
عَلَيۡهِمۡ وَلَا
ٱلضَّآلِّينَ (٧)
e. Rukuk
dengan tuma’ninah
Ketika
rukuk membaca سبحان ربي العظيم وبحمده
f.
I’tida; dengan
tuma’ninah
Ketika
i’tidal membaca سمع الله لمن حمده
g. Sujud
dua kali dengan tuma’ninah
Ketika
sujud membaca سبحان
ربي الأعلى وبحمده sebanyak 3 kali.
h. Duduk
diantara dua sujud dengan tuma’ninah
Ketika
duduk diantara dua sujud membaca
رب اغفررلي وارحمني واجبرني وارفعني وارزقني واههدني وعافني واعف
عني
i.
Duduk tasyahhud
akhir dengan tuma’ninah
j.
Membaca tasyahhud
akhir
لتَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ
الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ
اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِاَ
. للَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ
k. Membaca
sholawat Nabi pada tasyahhud akhir
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ
وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ صَلَّيْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ
إِنـَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللَّهُمَّ باَرِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ
كَماَ باَرَكْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنـَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ
l.
Membaca salam
pertama
Saat
salam membaca السَّلاَمُ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ
m.
Tertib, berurutan
mengerjakan rukun-rukun sholat.[4]
Dalam sholat subuh itu disunnahkan untuk membaca doa
qunut yang dibaca setelah bangun dari rukuk setelah membaca
ربنا
لك اللحمد ملء السموات وملء الأرض وملء ما شئت من شيء بعد
Kemudian membaca doa qunut sebagai berikut:
للّهُمَّ اهْدِنِىْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِى
فِيْمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنِىْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِك لِىْ فِيْمَا
اَعْطَيْتَ وَقِنِيْ شَرَّمَا قَضَيْتَ فَاِ نَّكَ تَقْضِىْ وَلاَ يُقْضَى
عَلَيْكَ وَاِ نَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ
تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيْتَ
وَاَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوْبُ اِلَيْكَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ
النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّم
MATERI 3 : SHOLAT SUNNAH
RABU, 07 OKTOBER 2020
A. Sholat Tahajud
Sholat
yang dikerjakan pada waktu malam, paling sedikit dua rekaat dan paling banyak
adalah tidak terbatas. Waktu pelaksanaan sholat tahajud adalah setelah sholat
isya hingga datangnya terbit fajar. Syarat untuk melakukan sholat tahajud
adalah harus tidur terlebih dahulu, apabila belum tidur, hanya disebut sholat
witir. Terdapat 3 pembagian waktu sholat tahajud sesuai waktu.
1. Sepertiga
pertama, yaitu setelah adzan isya hingga pukul 22.00.
2. Sepertiga
kedua, yaitu pukul 22.00 hingga pukul 01.00 dini hari.
3. Sepertiga
ketiga yaitu pukul 01.00 hingga datangnya subuh.
Di
antara ketiganya, waktu yang paling utama adalah di sepertiga ketiga.
Manfaat
dari sholat tahajud antara lain yang terutama adalah menenangkan hati,
menjadikan doa lebih mustajab dan mendekatkan diri lebih dekat kepada Allah.
Menjadi jembatan menuju surga, dan mengangkat derajat kita di mata Allah SWT.
Niat
dari sholat tajahud adalah sebagai berikut:
اُصَلِّى سُنَّةً التَّهَجُّدِ رَكْعَتَيْنِ
مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ ِللهِ تَعَالَى
Lalu
setelah melakukan sholat tahajud, doanya adalah sebagai berikut:
اَللّٰهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ
قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ،
وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ مَالِكُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ
فِيْهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ نُوْرُ السَّمَوَاتِ
وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ
الْحَقُّ وَوَعْدُكَ الْحَقُّ وَلِقَاءُكَ حَقٌّ وَقَوْلُكَ حَقٌّ وَالْجَنَّةُ
حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ وَالنَّبِيُّوْنَ حَقٌّ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ حَقٌّ اَللّٰهُمَّ لَكَ اَسْلَمْتُ وَبِكَ اَمَنْتُ
وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْكَ اَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ وَاِلَيْكَ
حَاكَمْتُ فَاغْفِرْلِيْ مَاقَدَّمْتُ وَمَا اَخَّرْتُ وَمَا اَسْرَرْتُ وَمَا
اَعْلَنْتُ وَمَا اَنْتَ اَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ، اَنْتَ
الْمُقَدِّمُ وَاَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لاَاِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ، وَلاَ
حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ
B. Sholat Dhuha
Sholat
dhuha adalah sholat yang dikerjakan pada waktu matahari sedang naik, yaitu
sekitar pukul tujuh sampai mendekati dzuhur. Rekaat paling sedikit adalah dua
dan maksimal 12 rekaat. Bacaan niatnya sebagai berikut:
اُصَلِّى
سُنَّةَ الضَّحٰى رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اَدَاءً ِللهِ تَعَالَى
Lalu
untuk doa setelah sholat sebagai berikut:
أَسْتَغْفِرُ
اللهَ اْلعَظِيْمِ مِنْ كُلِّ ذَنْبِ اْلعَظِيْمِ لَايَغْفِرُالذُّ نُوْبَ
اِلَّااَنْتَ فَاغْفِرْلَنَا مَغْفِرَتً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْنَااِنَّكَ اَنْتَ
اْلغَفُوْرُالرَّحِيْم
Dan
dilanjut doa:
اَللّٰهُمَّ
اِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَاءُكَ وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ
وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ
اَللّٰهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقِى فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى
اْلاَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسَّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ
حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ
وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِىْ مَآاَتَيْتَ عِبَادَكَ
الصَّالِحِيْنَ
Manfaat dari sholat dhuha adalah mempermudah rejeki, memudahkan meraih masa
depan dan kesuksesan, membersihkan pikiran negatif, menjadikan kita tentram,
menjadikan kita merasa tenang memulai hari dan meninggikan derajat kita. Insya
Allah.
MATERI 4: MERAWAT JENAZAH
RABU, 14 OKTOBER 2020
A. Tata Cara Merawat Jenazah
1. Pengertian jenazah dan hukum merawat jenazah
Jenazah
menurut Hasan Sadiliy, memiliki makna “seseorang yang telah meninggal dunia
yang sudah terputus masa kehidupannya dengan alam dunia ini”. Dalam kamus
al-Munawwir, kata jenazah diartikan sebagai “seseorang yang telah meninggal
dunia dan diletakkan dalam usungan. Setiap orang muslim yang meninggal dunia
wajib dimandikan, dikafani dan di sholatkan terlebih dahulu sebelum dikuburkan
terkecuali bagi orang-orang yang mati syahid. Hukum memandikan jenazah orang
muslim menurut jumhur ulama adalah fardhu kifayah.
a. Memandikan jenazah
Setelah
kematian seseorang maka hendaknya jenazah nya segera dimandikan. Sebagaimana
mandi wajib, baik itu jenazah laki-laki ataupun perempuan, kecil maupun besar.
Memandikan jenazah adalah tindakan wajib. Dengan kata lain, ini merupakan
perintah kepada semua kaum muslim kecuali orang-orang yang mati syahid maka
tidak dimandikan. Memandikan jenazah dimaksudkan agar segala bentuk hadast dan
najis yang ada pada jenazah tersebut hilang dan bersih, sehingga jenazah yang
akan dikafani dan disholatkan dalam keadaan suci dari hadas dan najis.
Adapun syarat- syarat memandikan jenazah
1) Mayat merupakan orang Islam
2) Ada tubuhnya walaupun sedikit
3) Mayat itu bukan mati syahid
Dalam
redaksi lain dikatakan: mandikanlah dia secara ganjil: tiga, lima, tujuh atau
melebihi dari itu menurut pertimbangan kalian. Dengan begitu memandikan jenezah
adalah meratakan badannya dengan air satu kali, sekalipun ia berhadas dan haid.
Disunnahkan meletakkan mayat di tempat yang tinggi dan tidak dibalut dengan
pakaian. Diletakkan pengaling untuk menutupi auratnya. Sebaiknya orang yang
memandikan adalah orang yang jujur dan sholeh. Memandikannya harus dengan niat,
kemudian memulai dengan menekan perut mayat dengan pelan untuk mengeluarkan
kotoran dan menghilangkan najis dari jasadnya. Memandikan tiga kali dengan air
dan sabun atau air biasa dimulai dengan tangan kanan. Jika ia memandang perlu
penambahan dari tiga karena tidak bersih atau ada sesuatu lain, hendaknya ia
memandikan sampai lima atau tujuh kali.
Jika jenazah itu seorang wanita disunnahkan menguraikan rambutnya,
membasuh dan mengikatnya kembali serta melipatkan kebelakang kepalanya. Dikala
telah selesai memandikan jenazah, hendaknya badan mayat dikeringkan agar tidak
basah, setelah itu meletakan wewangian di badannya.
Yang
berhak memandikan jenazah Adalah Jika mayat itu laki-laki, maka yang
memandikannya laki-laki pula. Perempuan tidak boleh memandikan jenazah laki-laki
kecuali istri dan mahramnya. Sebaliknya jika mayat itu perempuan. Jika suami,
istri dan mahramnya sama-sama ada maka yang berhak memandikan adalah suami atau
istri dari mayat tersebut.
Bila
seorang perempuan meninggal dan di tempat itu tidak ada perempuan, suami atau
mahramnya, maka mayat itu hendaklah “ditayammumkan” saja, tidak boleh
dimandikan oleh laki-laki yang lain. Kecuali kalau mayat itu adalah anak-anak,
maka laki-laki boeleh memandikannya begitu juga kalau yang meninggal adalah
seorang laki-laki. Jika ada beberapa orang yang berhak memandikan, maka yang
lebih berhak ialah keluarga yang terdekat dengan si mayyit, dengan syarat ia
mengetahui kewajiban mandi serta dapat dipercaya. Kalau tidak, berpindahlah hak
itu kepada keluarga jauh yang berpengetahuan serta amanah.
b. Mengkafani jenazah
Setelah
jenazah dimandikan, maka langkah selanjutnya adalah mengkafaninya. Mengkafani
dilakukan setelelah mayat dimandikan. Sebaiknya orang yang mengkafankan mayat
adalah orang yang terdekat dengannya. Pada dasarnya tujuan dari mengkafani
mayat adalah untuk menutupinya dari pandangan mata dan sebagai penghormatan
kepadanya. Karena menutup aurat dan menghormatinya adalah wajib selagi ia masih
hidup, begitu pula ketika ia telah meninggal. Kafan sekurang-kurangnya melapisi
kain yang menutupi seluruh badan jenazah, baik jenazah laki-laki maupun jenazah
perempuan. Untuk laki-laki tiga lapis kain. Tiap-tiap kain menutupi seluruh
badannya. Sedangkan jenazah perempuan dikafani dengan lima lembar kain.yaitu basahan
(kain bawah), baju, tutup kepala, kerudung dan kain yang menutupi seluruh
badannya.Di sunnahkan kain kafan yang dipergunakan hendaknya berwarna putih dan
tidak terlalu mahal atau mewah
c. Mensholatkan jenazah
Shalat
mayat hukumnya fardhu kifayah bagi orang muslim yang menghadirinya. Yakni suatu
kewajiban yang dibebankan kepada semua muslim, tetapi jika sudah dilaksanakan
oleh satu orang, maka semua orang sudah dianggap melaksanakan. Namun, hendaknya
setiap muslim yang mendenger berita kematian ikut mensalatkan. Sebab, semakin
banyak orang yang mensalatkan semakin baik bagi jenazah, karena semakin banyak
dido’akan orang
Syarat-syarat
shalat jenazah
1. Jenazah
sudah dimandikan dan dikafani
2. .Letak
jenazah sebelah kiblat dari orang yang menyembahyangi, kecuali bila shalatnya
dilakukan di atas kubur
3. Shalat
jenazah sama halnya dengan shalat yang lain, yaitu harus suci dari hadas dan
najis, suci badan tempat dan pakaian, menutup aurat dan menghadap kiblat.
MATERI 5 : DOA PENUTUP MAJELIS
RABU, 21 OKTOBER 2020
Doa
penutup majelis adalah doa yang dibaca
apabila suatu jamaat atau kelompok selesai berdiskusi dan akan menutup diskusi.
Pelaksanaan praktik doa penutup majelis yaitu pada tanggal 21 Oktober 2020.
Adapun lafal doa penutup majelis sebagai berikut:
سُبْحانَكَ
اللَّهُمَّ وبِحَمْدِكَ أشْهَدُ أنْ لا إِلهَ إِلاَّ أنْتَ أسْتَغْفِرُكَ وأتُوبُ إِلَيْكَ
MATERI 6: SHOLAT GERHANA (UTS)
RABU, 04 NOVEMBER 2020
Dalam bahasa Arab, gerhana biasa dikenal dengan istilah kusuf dan
khusuf, Kata kusuf sendiri berarti al-tagayyur ila al-sawad (berubah
menjadi gelap/hitam). Sedang kata khusuf berarti al-nuqshan (berkurang).
Hukum melaksanakan shalat gerhana matahari dan gerhana bulan adalah Sunah
Muakkadah. Hukum tersebut disepakati oleh mayoritas ulama/Fuqaha, sebagaimana
dikemukakan oleh masing-masing al-Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqh al-Sunnah,
Wahbah al-Zuhaili dalam kitab al-Fiqh al-Isla>mi> wa Adillatuh, serta
Muhammad Bakr Ismail dalam kitab al-Fiqh al-Wadih.
MATERI 7 : DAKWAH
RABU, 11 NOVEMBER 2020
Dalam
bahasa Arab, dakwah adalah seruan, ajaran atau panggilan. Secara singkat,
dakwah adalaj usaha untuk menyampaikan ajaran Islam yang dilakukan secara sadar
dan terencana dengan menggunakan ajaran dan cara-cara tertentu untuk
mempengaruhi orang lain agar dapat mengikuti apa dari tujuan dakwah tersebut
tanpa paksaan. Tidak hanya menyampaikan, dakwah juga mengajak dalam kebaikan.
Unsur-unsur
dalam dakwah antara lain: dai yaitu orang yang melakukan dakwah, mad’u adalah
orang yang kita dakwahi, pesan adalah isi dari dakwah, thoriqoh atau metode
adalah cara kita menyampaikan dakwah, media atau wasilah adalah jalur yang kita
gunakan dalam melakukan dakwah, dan atsar atau hasil dari dakwah kita.
Macam-macam dakwah adalah
sebagai berikut,
1.
Dakwah bil al lisan, dakwah ini menggunakan kata-kata verbal dengan
lisan, seperti ceramah, orasi, khutbah, diskusi dan nasehat.
2.
dakwah bil al-hal,, dakwah ini menggunakan perilaku dan perbuatan nyata,
seperti hal-hal positif yang kita lakukan sehingga menginspirasi.
3.
Dakwah bilal-qalam, dakwah ini menggunakan tulisan dalam menyebarkannya
seperti surat kabar, majalah, buku maupun tulisan dalam internet.
Berikut adalah contoh tulisan dakwah yang bisa
digunakan dalam tulisan maupun lisan, namun juga dapat kita implementasikan
dalam perilaku:
Assalamualaiakum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulilahi rabbil ‘alamin,
Was sholatu wassalamu ‘ala,
Asyrofil ambiyaa iwal mursalin,
Sayyidina wa maulana Muhammadin,
Wa ‘alaa ‘alihi wa shohbihi ajmain.
Ama ba’du.
Sebagai hamba Allah yang
beriman marilah kita panjatkan puji dan syukur ke haddirat Allah SWT yang telah
memberikan kekuatan kesehatan lahir dan batin kepada kita semua, sehingga
kita dapat melakukan majelis virtual dalam rangka menghambakan diri kepada
Allah SWT.
Salawat dan salam tidak
lupa kita kirimkan kepada junjungan kita nabi Allah Muhammad SAW yang telah
mengantarkan umat manusia dari peradaaban hidup yang jahiliyah menuju pada
peradaban hidup yang moderen,,,, yg penuh dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi seperti yang kita rasakan pada saat ini. Semoga kita semua termasuk
hambanya yang taat, yang berhak mendapatkan syafaatnya di hari akhir kelak..
Perkenankanlah saya Alisa, pada kesempatan ini saya
akan menyampaikan topik yang berjudul: Kebahagiaan.
Setiap orang pasti pengenkan hidup
bahagia. Tapi apa sih itu bahagia?. Sebagian menyangka bahwa kebahagiaan adalah
dengan memiliki mobil mewah, Handphone sekelas Iphone 12, memiliki rumah
real estate, dapat melakukan tur wisata ke luar negeri, dan lain sebagainya.
Mereka menyangka bahwa inilah yang dinamakan hidup bahagia. Tapi bener gak sih?
Kok kelihatannya orang-orang
bahagia gitu, jalan-jalan ke Luar Negeri, naik mobil gak kepanasan, makan enak
di restoran. Selfi di instagram dan story. Keliatannya bahagiaaa banget. Kita
jadi pengen, kita jadi ngerasa bahwa apa yang kita rasakan saat ini kita enggak
bahagia. Apa yang kita rasakan saat ini kurang. Jadi kita berusaha untuk
melakukan hal yang sama.
Yaa, kalau usaha kita mampu
mencapainya, kalau enggak kesampaian? Kan jadi gila. Jadi sakit hati, iri
dengki, bahkan kita enggak suka bahwa orang yang terlihat bahagia itu kita
nggak sanggup seperti dia.
Saudara-saudaraku yang
dirahmati oleh Allah, jangan sampai kita berkelakuan seperti itu meski apa kita
punya keliatan pas-pasan.
Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nahl 97:
Man 'amila ṣāliḥam min żakarin au
unṡā wa huwa mu`minun fa lanuḥyiyannahụ ḥayātan ṭayyibah, wa lanajziyannahum
ajrahum bi`aḥsani mā kānụ ya'malụn
Yang artinya: Barangsiapa yang mengerjakan
amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya
akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang
telah mereka kerjakan.
Kemudian, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
laisa alghina ankasroti al
arodhi, walakinna alghina ghinannafsi
Yang namanya
kaya (ghina’) bukanlah dengan banyaknya harta (atau banyaknya kemewahan dunia).
Namun yang namanya ghina’ adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jadi…. ga perlu tuh kaya dalam harta, punya uang 10 miliar dan keliling
dunia buat syarat bahagia. Karena kebahagiaan yang sebenarnya adalah bersyukur,
merasa bahwa yang kita punya adalah kenikmatan luar biasa dari Allah SWT.
Selain untuk mendapatkan kebahagiaan dunia, perlu adanya kita berusaha
untuk dapat kebahagiaan akhirat, yaitu dengan tetap beribadah dan beramal
shaleh. Seperti yang dijelaskan pada firman Allah pada An-Nahl 97 tadi.
Jadi yuk teman-teman enggak perlu bergelimang harta jika ternyata hati
kita kosong, jika ternyata hati enggak lapang dan penuh rasa cinta pada Allah.
Ingat, jangan jadikan kebahagiaan orang lain sebagai parameter atau
patokan untuk kehidupan kita. Enggak akan ada habisnya, sampai mati pun kamu
enggak pernah ngerasain gimana rasanya seneng, tenteram… enggak akan.
Semoga apa saya sampaikan dapat bermanfaat untuk kita semua. Aamin ya
robal alamin.
Akhirul
kalam,
Subhaanaka Allaahumma wabihamdika asyhadu an laa-ilaaha illaa Anta astaghfiruka
wa-atuubu ilaik.
Wallahul
muwaffiq ila aqwamithaaryq,,,
Wassalamu
alaikum warohmatullahi wabarokaatuh
MATERI 8 : AN NAS - AT TAKASUR
RABU, 18 NOVEMBER 2020
A. Surah An-Nas
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِۙ - ١
Katakanlah, “Aku berlindung
kepada Tuhannya manusia,
مَلِكِ النَّاسِۙ - ٢
Raja manusia,
اِلٰهِ النَّاسِۙ - ٣
sembahan manusia,
مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ ەۙ الْخَنَّاسِۖ - ٤
dari kejahatan (bisikan) setan
yang bersembunyi,
الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِۙ - ٥
yang membisikkan (kejahatan)
ke dalam dada manusia,
مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ ࣖ - ٦
dari (golongan) jin dan
manusia.”
A. Surah Al-Falaq
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
قُلۡ اَعُوۡذُ بِرَبِّ الۡفَلَقِۙ
Katakanlah,
"Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (fajar)
مِنۡ شَرِّ مَا خَلَقَۙ
dari
kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan
وَمِنۡ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا
وَقَبَۙ
dan dari kejahatan malam apabila
telah gelap gulita
وَمِنۡ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِى
الۡعُقَدِۙ
dan
dari kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul
(talinya)
وَمِنۡ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ
dan
dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki."
B. Surah Al-Ikhlas
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
قُلۡ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌ
Katakanlah
(Muhammad), "Dialah Allah, Yang Maha Esa.
اَللّٰهُ الصَّمَدُ
Allah
tempat meminta segala sesuatu.
لَمۡ يَلِدۡ ۙ وَلَمۡ يُوۡلَدۡ
(Allah) tidak beranak dan tidak pula
diperanakkan.
وَلَمۡ يَكُنۡ لَّهٗ كُفُوًا
اَحَدٌ
Dan
tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.
C. Surah Al-Lahab
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
تَبَّتۡ يَدَاۤ اَبِىۡ لَهَبٍ وَّتَبَّؕ
Binasalah kedua tangan
Abu Lahab dan benar-benar binasa dia!
مَاۤ اَغۡنٰى عَنۡهُ مَالُهٗ وَمَا كَسَبَؕ
Tidaklah berguna baginya
hartanya dan apa yang dia usahakan.
سَيَصۡلٰى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ
Kelak dia akan masuk ke
dalam api yang bergejolak (neraka).
وَّامۡرَاَ تُهٗ ؕ حَمَّالَةَ الۡحَطَبِۚ
Dan (begitu pula)
istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah).
فِىۡ جِيۡدِهَا حَبۡلٌ مِّنۡ مَّسَدٍ
Di lehernya ada tali
dari sabut yang dipintal.
D. Surah An-Nasr
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اِذَا جَآءَ نَصۡرُ اللّٰهِ
وَالۡفَتۡحُۙ
Apabila
telah datang pertolongan Allah dan kemenangan
وَرَاَيۡتَ النَّاسَ يَدۡخُلُوۡنَ
فِىۡ دِيۡنِ اللّٰهِ اَفۡوَاجًا
dan
engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah,
فَسَبِّحۡ بِحَمۡدِ رَبِّكَ
وَاسۡتَغۡفِرۡهُ ؔؕ اِنَّهٗ كَانَ تَوَّابًا
maka
bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sungguh,
Dia Maha Penerima tobat.
E. Surah
Al-Kafirun
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
قُلْ يٰٓاَيُّهَا الْكٰفِرُوْنَ
Katakanlah
(Muhammad), "Wahai orang-orang kafir!
لَاۤ اَعْبُدُ مَا تَعْبُدُوْنَ
aku
tidak akan menyembah apa yang kamu sembah,
وَلَاۤ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَاۤ
اَعْبُدُ
dan
kamu bukan penyembah apa yang aku sembah,
وَلَاۤ اَنَا عَابِدٌ مَّا
عَبَدْتُّمْ
dan
aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
وَلَاۤ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَاۤ اَعْبُدُ
dan
kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah.
لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ
Untukmu
agamamu, dan untukku agamaku."
F. Surah
Al-Kausar
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ
الرَّحِيْمِ
اِنَّآ
اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَ
Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang
banyak.
فَصَلِّ
لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan
berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah)
اِنَّ
شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ
Sungguh,
orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah)
G. Surah Al-Ma’un
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ
بِالدِّيْنِ
Tahukah
kamu (orang) yang mendustakan agama?
فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَ
Maka
itulah orang yang menghardik anak yatim,
وَلَا يَحُضُّ عَلٰي طَعَامِ
الْمِسْكِيْنِ
dan
tidak mendorong memberi makan orang miskin.
فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَ
Maka
celakalah orang yang shalat,
الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ
سَاهُوْنَ
(yaitu) orang-orang yang lalai terhadap
shalatnya,
الَّذِيْنَ هُمْ يُرَاۤءُوْنَ
yang
berbuat ria,
وَيَمْنَعُوْنَ الْمَاعُوْنَ
dan
enggan (memberikan) bantuan.
H. Surah Quraisy
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
لِاِيۡلٰفِ قُرَيۡشٍۙ
Karena
kebiasaan orang-orang Quraisy,
اٖلٰفِهِمۡ رِحۡلَةَ الشِّتَآءِ
وَالصَّيۡفِۚ
(yaitu)
kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.
فَلۡيَـعۡبُدُوۡا رَبَّ هٰذَا
الۡبَيۡتِۙ
Maka
hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka‘bah),
الَّذِىۡۤ اَطۡعَمَهُمۡ مِّنۡ جُوۡعٍ ۙ وَّاٰمَنَهُمۡ مِّنۡ خَوۡفٍ
yang
telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan
mereka dari rasa ketakutan.
I. Surah Al-Fil
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اَلَمۡ تَرَ كَيۡفَ فَعَلَ رَبُّكَ
بِاَصۡحٰبِ الۡفِيۡلِؕ
Tidakkah
engkau (Muhammad) perhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan
bergajah?
اَلَمۡ يَجۡعَلۡ كَيۡدَهُمۡ فِىۡ
تَضۡلِيۡلٍۙ
Bukankah
Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia?
وَّاَرۡسَلَ عَلَيۡهِمۡ طَيۡرًا اَبَابِيۡلَۙ
dan
Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong,
تَرۡمِيۡهِمۡ بِحِجَارَةٍ مِّنۡ
سِجِّيۡلٍ
yang
melempari mereka dengan batu dari tanah liat yang dibakar,
فَجَعَلَهُمۡ كَعَصۡفٍ مَّاۡكُوۡلٍ
sehingga
mereka dijadikan-Nya seperti daun-daun yang dimakan (ulat).
J. Surah
Al-Humazah
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَيۡلٌ لِّـكُلِّ هُمَزَةٍ
لُّمَزَةِ
Celakalah
bagi setiap pengumpat dan pencela,
اۨلَّذِىۡ جَمَعَ مَالًا
وَّعَدَّدَهٗ
yang
mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya
يَحۡسَبُ اَنَّ مَالَهٗۤ
اَخۡلَدَهٗ
dia
(manusia) mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya.
كَلَّا لَيُنۡۢبَذَنَّ فِى
الۡحُطَمَةِ
Sekali-kali
tidak! Pasti dia akan dilemparkan ke dalam (neraka) Hu¯amah.
وَمَاۤ اَدۡرٰٮكَ مَا الۡحُطَمَةُ
Dan
tahukah kamu apakah (neraka) Hu¯amah itu?
نَارُ اللّٰهِ الۡمُوۡقَدَةُ
(Yaitu) api (azab) Allah yang dinyalakan,
الَّتِىۡ تَطَّلِعُ عَلَى
الۡاَفۡـــِٕدَةِ
yang
(membakar) sampai ke hati.
اِنَّهَا عَلَيۡهِمۡ مُّؤۡصَدَةٌ
Sungguh,
api itu ditutup rapat atas (diri) mereka,
فِىۡ عَمَدٍ مُّمَدَّدَةٍ
(sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang
yang panjang.
K. Surah Al-Asr
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالۡعَصۡرِۙ
Demi masa,
اِنَّ الۡاِنۡسَانَ لَفِىۡ خُسۡرٍۙ
sungguh, manusia berada dalam kerugian,
اِلَّا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَ
عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوۡا بِالۡحَقِّ ۙ وَتَوَاصَوۡا بِالصَّبۡرِ
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta
saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.
L. Surah
At-Takasur
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَ
Sungguh,
Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
Maka
laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan
mendekatkan diri kepada Allah).
اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ
Sungguh,
orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah)
MATERI 9 : AL QORIAH - AL BAYYINAH
RABU, 25 NOVEMBER 2020
A. Surah Al Qariah
بِسْمِ
اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اَلْقَارِعَةُۙ
–١
Hari Kiamat,
مَا
الْقَارِعَةُ ۚ - ٢
Apakah hari Kiamat itu?
وَمَآ
اَدْرٰىكَ مَا الْقَارِعَةُ ۗ - ٣
Dan tahukah kamu apakah hari Kiamat
itu?
يَوْمَ
يَكُوْنُ النَّاسُ كَالْفَرَاشِ الْمَبْثُوْثِۙ - ٤
Pada hari itu manusia seperti laron
yang beterbangan,
وَتَكُوْنُ
الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ الْمَنْفُوْشِۗ - ٥
dan gunung-gunung seperti bulu yang
dihambur-hamburkan.
فَاَمَّا
مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهٗۙ - ٦
Maka adapun orang yang berat
timbangan (gambar) nya,
فَهُوَ
فِيْ عِيْشَةٍ رَّاضِيَةٍۗ - ٧
maka dia berada dalam kehidupan yang
memuaskan (senang).
وَاَمَّا
مَنْ خَفَّتْ مَوَازِيْنُهٗۙ - ٨
Dan adapun orang yang ringan
timbangan (gambar) nya,
فَاُمُّهٗ
هَاوِيَةٌ ۗ - ٩
maka tempat kembalinya adalah neraka
Hawiyah.
وَمَآ
اَدْرٰىكَ مَا هِيَهْۗ - ١٠
Dan tahukah kamu neraka Hawiyah itu?
نَارٌ
حَامِيَةٌ - ١١
(Yaitu) api yang sangat panas.[5]
B. Surah Al-‘Adiyat
بِسْمِ
اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالْعٰدِيٰتِ
ضَبْحًاۙ - ١
Demi kuda perang yang berlari kencang
terengah-engah,
فَالْمُوْرِيٰتِ
قَدْحًاۙ - ٢
dan kuda yang memercikkan bunga api
(dengan menggulung kuku kakinya),
فَالْمُغِيْرٰتِ
صُبْحًاۙ - ٣
dan kuda yang menyerang (dengan
tiba-tiba) pada waktu pagi,
فَاَثَرْنَ
بِهٖ نَقْعًاۙ - ٤
sehingga menerbangkan debu,
فَوَسَطْنَ
بِهٖ جَمْعًاۙ - ٥
lalu menyerbu ke tengah-tengah
kumpulan musuh,
اِنَّ
الْاِنْسَانَ لِرَبِّهٖ لَكَنُوْدٌ ۚ - ٦
sungguh, manusia itu sangat ingkar,
(tidak bersyukur) kepada Tuhannya,
وَاِنَّهٗ
عَلٰى ذٰلِكَ لَشَهِيْدٌۚ - ٧
dan sesungguhnya dia (manusia)
menyaksikan (mengakui) keingkarannya,
وَاِنَّهٗ
لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيْدٌ ۗ - ٨
sebenarnya orang-orang yang
benar-benar berlebihan.
اَفَلَا يَعْلَمُ
اِذَا بُعْثِرَ مَا فِى الْقُبُوْرِۙ - ٩
Maka tidakkah dia melihat hati apa
yang di dalam kubur dikeluarkan,
وَحُصِّلَ
مَا فِى الصُّدُوْرِۙ - ١٠
dan apa yang tersimpan di dalam dada?
اِنَّ
رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَىِٕذٍ لَّخَبِيْرٌ
- ١١
Tuhan mereka pada hari itu Mahateliti
terhadap keadaan mereka.[6]
C. Surah Az- Zalzalah
سْمِ
اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
زِذَلُزِلَتِ
الْاَرْضُ زْضُلِزَالَهَاۙ - ١
Apabila bumi diguncangkan dengan
guncangan yang dahsyat,
وَاَخْرَجَتِ
الْاَرْضُ اَثْقَالَهَاۙ - ٢
dan bumi telah mengeluarkan
beban-beban berat (yang dikandung) nya,
وَقَالَ
الْاِنْسَانُ مَا لَهَاۚ - ٣
Dan manusia bertanya, “Apa yang
terjadi pada bumi ini?”
يَوْمَىِٕذٍ
تُحَدِّثُ اَخْبَارَهَاۙ - ٤
Pada hari itu bumi menyampaikan
beritanya,
بِاَنَّ
رَبَّكَ اَوْحٰى لَهَاۗ - ٥
sebenarnya karena Tuhanmu telah
memerintahkan (yang begitu itu) padanya.
يَوْمَىِٕذٍ
يَّصْدُرُ النَّاسُ اَشْتَاتًا ەۙ لِّيُرَوْا اَعْمَالَهُمْۗ - ٦
Pada hari itu manusia keluar dari
kuburnya dalam keadaan berkelompok, untuk diperlihatkan kepada mereka (balasan)
semua perbuatannya.
فَمَنْ
يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ - ٧
Maka barangsiapa yang dibaca seberat
zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan) nya,
وَمَنْ
يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ
- ٨
dan barangsiapa kejahatan kejahatan
seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan) nya.[7]
D. Surah Al-Bayyinah
بِسْمِ
اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
لَمْ
يَكُنِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ وَالْمُشْرِكِيْنَ مُنْفَكِّيْنَ
حَتّٰى تَأْيتِيَبَ - تَأْينيْبهَمُ ال
Orang-orang yang kafir dari golongan
Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tidak akan meninggalkan (agama mereka)
sampai kepada mereka bukti yang nyata,
رَسُوْلٌ
مِّنَ اللّٰهِ يَتْلُوْا صُحُفًا مُّطَهَّرَةًۙ - ٢
(yaitu) seorang Rasul dari Allah
(Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang suci (Al-Qur'an),
فِيْهَا
كُتُبٌ قَيِّمَةٌ - ٣
di atas terdapat (isi) kitab-kitab
yang lurus (benar).
وَمَا
تَفَرَّقَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَتْهُمُ الْبَيِّنَةُ
- ٤
Dan kalimat terpecah-belah
orang-orang Ahli Kitab, melainkan setelah datang kepada mereka bukti yang
nyata.
وَمَآ
اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ
وَيُقِيْمُوا الصولٰوةَ الصولوة
Padahal mereka hanya diperintah
menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya sendiri-mata karena menjalankan
agama, dan juga melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian
agama yang lurus (benar).
اِنَّ
الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ وَالْمُشْرِكِيْنَ فِيْ نَارِ جَهَنَّمَ
خٰلِدِيْنَ فِيْهراك
Sungguh, orang-orang yang kafir dari
golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahanam;
mereka kekal di dalamnya selama-kecuali. Mereka itu adalah sejahat-jahat
makhluk.
اِنَّ
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اُولٰۤىِٕكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِۗ
- ٧
Sungguh, orang-orang yang bekerja dan
mengerjakan kebajikan, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.
جزاؤهم
عند ربهم جنت عدن تجري من تحتها الانهر خلدين فيهآ ابدا رضي الله عنهم ورضوا عنه ذلك
لمن خشي ربه - 8
Balasan mereka di sisi Tuhan mereka adalah
surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya
selama-kecuali. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Yang
demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.[8]
MATERI
10: AL QADR - AD DHUHA
RABU, 02
DESEMBER 2020
A. Al Qadr
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ
الرَّحِيْمِ
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ - ١
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an)
pada malam qadar.
وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ - ٢
Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ - ٣
Malam kemuliaan itu lebih baik daripada
seribu bulan.
تَنَزَّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ
مِنْ كُلِّ اَمْرٍۛ - ٤
Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh
(Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan.
سَلٰمٌ ۛهِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِ ࣖ - ٥
Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.
B. Al-Alaq
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ - ١
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
menciptakan,
خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ - ٢
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah.
اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ - ٣
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia,
الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ - ٤
Yang mengajar (manusia) dengan pena.
عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ - ٥
Dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya.
كَلَّآ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَيَطْغٰىٓ ۙ - ٦
Sekali-kali tidak! Sungguh, manusia itu
benar-benar melampaui batas,
اَنْ رَّاٰهُ اسْتَغْنٰىۗ - ٧
apabila melihat dirinya serba cukup.
اِنَّ اِلٰى رَبِّكَ الرُّجْعٰىۗ - ٨
Sungguh, hanya kepada Tuhanmulah tempat
kembali(mu).
اَرَاَيْتَ الَّذِيْ يَنْهٰىۙ - ٩
Bagaimana pendapatmu tentang orang yang
melarang?
عَبْدًا اِذَا صَلّٰىۗ - ١٠
seorang hamba ketika dia melaksanakan salat,
اَرَاَيْتَ اِنْ كَانَ عَلَى الْهُدٰىٓۙ - ١١
bagaimana pendapatmu jika dia (yang dilarang
salat itu) berada di atas kebenaran (petunjuk),
اَوْ اَمَرَ بِالتَّقْوٰىۗ - ١٢
atau dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)?
اَرَاَيْتَ اِنْ كَذَّبَ وَتَوَلّٰىۗ - ١٣
Bagaimana pendapatmu jika dia (yang melarang)
itu mendustakan dan berpaling?
اَلَمْ يَعْلَمْ بِاَنَّ اللّٰهَ يَرٰىۗ - ١٤
Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya
Allah melihat (segala perbuatannya)?
كَلَّا لَىِٕنْ لَّمْ يَنْتَهِ ەۙ لَنَسْفَعًاۢ بِالنَّاصِيَةِۙ - ١٥
Sekali-kali tidak! Sungguh, jika dia tidak
berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, (ke dalam neraka),
نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍۚ - ١٦
yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan dan
durhaka.
فَلْيَدْعُ نَادِيَهٗۙ - ١٧
Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk
menolongnya),
سَنَدْعُ الزَّبَانِيَةَۙ - ١٨
Kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah,
(penyiksa orang-orang yang berdosa),
كَلَّاۗ لَا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ ۩ ࣖ - ١٩
sekali-kali tidak! Janganlah kamu patuh
kepadanya; dan sujudlah serta dekatkanlah (dirimu kepada Allah).
C. At-Tin
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالتِّيْنِ وَالزَّيْتُوْنِۙ - ١
Demi (buah) Tin dan (buah)
Zaitun,
وَطُوْرِ سِيْنِيْنَۙ - ٢
demi gunung Sinai,
وَهٰذَا الْبَلَدِ الْاَمِيْنِۙ - ٣
dan demi negeri (Mekah) yang
aman ini.
لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ
تَقْوِيْمٍۖ - ٤
Sungguh, Kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya,
ثُمَّ رَدَدْنٰهُ اَسْفَلَ سَافِلِيْنَۙ - ٥
kemudian Kami kembalikan dia
ke tempat yang serendah-rendahnya,
اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ
فَلَهُمْ اَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُوْنٍۗ - ٦
kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan kebajikan; maka mereka akan mendapat pahala yang tidak
ada putus-putusnya.
فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِالدِّيْنِۗ - ٧
Maka apa yang menyebabkan
(mereka) mendustakanmu (tentang) hari pembalasan setelah (adanya
keterangan-keterangan) itu?
اَلَيْسَ اللّٰهُ بِاَحْكَمِ الْحٰكِمِيْنَ ࣖ - ٨
Bukankah Allah hakim yang
paling adil?
D. Asy Syarh
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَۙ - ١
Bukankah Kami telah
melapangkan dadamu (Muhammad)?
وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَۙ - ٢
dan Kami pun telah
menurunkan bebanmu darimu,
الَّذِيْٓ اَنْقَضَ ظَهْرَكَۙ - ٣
yang memberatkan punggungmu,
وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَۗ - ٤
dan Kami tinggikan sebutan
(nama)mu bagimu.
فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۙ - ٥
Maka sesungguhnya beserta
kesulitan ada kemudahan,
اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۗ - ٦
sesungguhnya beserta
kesulitan itu ada kemudahan.
فَاِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْۙ - ٧
Maka apabila engkau telah
selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain),
وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْ ࣖ - ٨
dan hanya kepada Tuhanmulah
engkau berharap.
E. Ad- Dhuha
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالضُّحٰىۙ - ١
Demi waktu duha (ketika
matahari naik sepenggalah),
وَالَّيْلِ اِذَا سَجٰىۙ - ٢
dan demi malam apabila telah
sunyi,
مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلٰىۗ - ٣
Tuhanmu tidak meninggalkan
engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu,
وَلَلْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْاُوْلٰىۗ - ٤
dan sungguh, yang kemudian
itu lebih baik bagimu dari yang permulaan.
وَلَسَوْفَ يُعْطِيْكَ رَبُّكَ فَتَرْضٰىۗ - ٥
Dan sungguh, kelak Tuhanmu
pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas.
اَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيْمًا فَاٰوٰىۖ - ٦
Bukankah Dia mendapatimu
sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungi(mu),
وَوَجَدَكَ ضَاۤلًّا فَهَدٰىۖ - ٧
dan Dia mendapatimu sebagai
seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk,
وَوَجَدَكَ عَاۤىِٕلًا فَاَغْنٰىۗ - ٨
dan Dia mendapatimu sebagai
seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.
فَاَمَّا الْيَتِيْمَ فَلَا تَقْهَرْۗ - ٩
Maka terhadap anak yatim
janganlah engkau berlaku sewenang-wenang.
وَاَمَّا السَّاۤىِٕلَ فَلَا تَنْهَرْ - ١٠
Dan terhadap orang yang
meminta-minta janganlah engkau menghardik(nya).
وَاَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ ࣖ - ١١
Dan terhadap nikmat Tuhanmu
hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur).
MATERI
11: AL LAIL - ASY SYAMS
RABU, 09
DESEMBER 2020
A. Al-Lail
وَالَّيْلِ
اِذَا يَغْشٰىۙ - ١
Demi malam apabila menutupi (cahaya siang),
وَالنَّهَارِ
اِذَا تَجَلّٰىۙ - ٢
demi siang apabila terang benderang,
وَمَا
خَلَقَ الذَّكَرَ وَالْاُنْثٰىٓ ۙ - ٣
demi penciptaan laki-laki dan perempuan,
اِنَّ
سَعْيَكُمْ لَشَتّٰىۗ - ٤
sungguh, usahamu memang beraneka macam.
فَاَمَّا
مَنْ اَعْطٰى وَاتَّقٰىۙ - ٥
Maka barangsiapa memberikan (hartanya di jalan Allah)
dan bertakwa,
وَصَدَّقَ
بِالْحُسْنٰىۙ - ٦
dan membenarkan (adanya pahala) yang terbaik (surga),
فَسَنُيَسِّرُهٗ
لِلْيُسْرٰىۗ - ٧
maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kemudahan
(kebahagiaan),
وَاَمَّا
مَنْۢ بَخِلَ وَاسْتَغْنٰىۙ - ٨
dan adapun orang yang kikir dan merasa dirinya cukup
(tidak perlu pertolongan Allah),
وَكَذَّبَ
بِالْحُسْنٰىۙ - ٩
serta mendustakan (pahala) yang terbaik,
فَسَنُيَسِّرُهٗ
لِلْعُسْرٰىۗ - ١٠
maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kesukaran
(kesengsaraan),
وَمَا
يُغْنِيْ عَنْهُ مَالُهٗٓ اِذَا تَرَدّٰىٓۙ - ١١
dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila dia
telah binasa.
اِنَّ
عَلَيْنَا لَلْهُدٰىۖ - ١٢
Sesungguhnya Kamilah yang memberi petunjuk,
وَاِنَّ
لَنَا لَلْاٰخِرَةَ وَالْاُوْلٰىۗ - ١٣
dan sesungguhnya milik Kamilah akhirat dan dunia itu.
فَاَنْذَرْتُكُمْ
نَارًا تَلَظّٰىۚ - ١٤
Maka Aku memperingatkan kamu dengan neraka yang
menyala-nyala,
لَا
يَصْلٰىهَآ اِلَّا الْاَشْقَىۙ - ١٥
yang hanya dimasuki oleh orang yang paling celaka,
الَّذِيْ
كَذَّبَ وَتَوَلّٰىۗ - ١٦
yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari
iman).
وَسَيُجَنَّبُهَا
الْاَتْقَىۙ - ١٧
Dan akan dijauhkan darinya (neraka) orang yang paling
bertakwa,
الَّذِيْ
يُؤْتِيْ مَالَهٗ يَتَزَكّٰىۚ - ١٨
yang menginfakkan hartanya (di jalan Allah) untuk
membersihkan (dirinya),
وَمَا
لِاَحَدٍ عِنْدَهٗ مِنْ نِّعْمَةٍ تُجْزٰىٓۙ - ١٩
dan tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat
padanya yang harus dibalasnya,
اِلَّا
ابْتِغَاۤءَ وَجْهِ رَبِّهِ الْاَعْلٰىۚ - ٢٠
tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari
keridaan Tuhannya Yang Mahatinggi.
وَلَسَوْفَ
يَرْضٰى ࣖ - ٢١
Dan niscaya kelak dia akan mendapat kesenangan (yang
sempurna).
B. Asy Syams
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالشَّمْسِ وَضُحٰىهَاۖ - ١
Demi matahari dan sinarnya
pada pagi hari,
وَالْقَمَرِ اِذَا تَلٰىهَاۖ - ٢
demi bulan apabila
mengiringinya,
وَالنَّهَارِ اِذَا جَلّٰىهَاۖ - ٣
demi siang apabila
menampakkannya,
وَالَّيْلِ اِذَا يَغْشٰىهَاۖ - ٤
demi malam apabila
menutupinya (gelap gulita),
وَالسَّمَاۤءِ وَمَا بَنٰىهَاۖ - ٥
demi langit serta
pembinaannya (yang menakjubkan),
وَالْاَرْضِ وَمَا طَحٰىهَاۖ - ٦
demi bumi serta
penghamparannya,
وَنَفْسٍ وَّمَا سَوّٰىهَاۖ - ٧
demi jiwa serta
penyempurnaan (ciptaan)nya,
فَاَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰىهَاۖ - ٨
maka Dia mengilhamkan
kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya,
قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰىهَاۖ - ٩
sungguh beruntung orang yang
menyucikannya (jiwa itu),
وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسّٰىهَاۗ - ١٠
dan sungguh rugi orang yang
mengotorinya.
كَذَّبَتْ ثَمُوْدُ بِطَغْوٰىهَآ ۖ - ١١
(Kaum) samud telah
mendustakan (rasulnya) karena mereka melampaui batas (zalim),
اِذِ انْۢبَعَثَ اَشْقٰىهَاۖ - ١٢
ketika bangkit orang yang
paling celaka di antara mereka,
فَقَالَ لَهُمْ رَسُوْلُ اللّٰهِ نَاقَةَ اللّٰهِ
وَسُقْيٰهَاۗ - ١٣
lalu Rasul Allah (Saleh)
berkata kepada mereka, “(Biarkanlah) unta betina dari Allah ini dengan
minumannya.”
فَكَذَّبُوْهُ فَعَقَرُوْهَاۖ فَدَمْدَمَ عَلَيْهِمْ
رَبُّهُمْ بِذَنْۢبِهِمْ فَسَوّٰىهَاۖ - ١٤
Namun mereka mendustakannya
dan menyembelihnya, karena itu Tuhan membinasakan mereka karena dosanya, lalu
diratakan-Nya (dengan tanah),
وَلَا يَخَافُ عُقْبٰهَا ࣖ - ١٥
dan Dia tidak takut terhadap
akibatnya.
MATERI 12 : AL
FAJR - AL GHASYIYAH
RABU, 16
DESEMBER 2020
A. Al- Fajr
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالْفَجْرِۙ - ١
Demi fajar,
وَلَيَالٍ عَشْرٍۙ - ٢
demi malam yang sepuluh,
وَّالشَّفْعِ وَالْوَتْرِۙ - ٣
demi yang genap dan yang
ganjil,
وَالَّيْلِ اِذَا يَسْرِۚ - ٤
demi malam apabila berlalu.
هَلْ فِيْ ذٰلِكَ قَسَمٌ لِّذِيْ حِجْرٍۗ - ٥
Adakah pada yang demikian
itu terdapat sumpah (yang dapat diterima) bagi orang-orang yang berakal?
اَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍۖ - ٦
Tidakkah engkau (Muhammad)
memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap (kaum) ‘Ad?
اِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِۖ - ٧
(yaitu) penduduk Iram
(ibukota kaum ‘Ad) yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi,
الَّتِيْ لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِى الْبِلَادِۖ - ٨
yang belum pernah dibangun
(suatu kota) seperti itu di negeri-negeri lain,
وَثَمُوْدَ الَّذِيْنَ جَابُوا الصَّخْرَ بِالْوَادِۖ - ٩
dan (terhadap) kaum samud
yang memotong batu-batu besar di lembah,
وَفِرْعَوْنَ ذِى الْاَوْتَادِۖ - ١٠
dan (terhadap) Fir‘aun yang
mempunyai pasak-pasak (bangunan yang besar),
الَّذِيْنَ طَغَوْا فِى الْبِلَادِۖ - ١١
yang berbuat sewenang-wenang
dalam negeri,
فَاَكْثَرُوْا فِيْهَا الْفَسَادَۖ - ١٢
lalu mereka banyak berbuat
kerusakan dalam negeri itu,
فَصَبَّ عَلَيْهِمْ رَبُّكَ سَوْطَ عَذَابٍۖ - ١٣
karena itu Tuhanmu
menimpakan cemeti azab kepada mereka,
اِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِۗ - ١٤
sungguh, Tuhanmu benar-benar
mengawasi.
فَاَمَّا الْاِنْسَانُ اِذَا مَا ابْتَلٰىهُ رَبُّهٗ
فَاَكْرَمَهٗ وَنَعَّمَهٗۙ فَيَقُوْلُ رَبِّيْٓ اَكْرَمَنِۗ - ١٥
Maka adapun manusia, apabila
Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kesenangan, maka dia
berkata, “Tuhanku telah memuliakanku.”
وَاَمَّآ اِذَا مَا ابْتَلٰىهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ
رِزْقَهٗ ەۙ فَيَقُوْلُ رَبِّيْٓ اَهَانَنِۚ - ١٦
Namun apabila Tuhan
mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, “Tuhanku telah
menghinaku.”
كَلَّا بَلْ لَّا تُكْرِمُوْنَ الْيَتِيْمَۙ - ١٧
Sekali-kali tidak! Bahkan
kamu tidak memuliakan anak yatim,
وَلَا تَحٰۤضُّوْنَ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۙ - ١٨
dan kamu tidak saling
mengajak memberi makan orang miskin,
وَتَأْكُلُوْنَ التُّرَاثَ اَكْلًا لَّمًّاۙ - ١٩
sedangkan kamu memakan harta
warisan dengan cara mencampurbaurkan (yang halal dan yang haram),
وَّتُحِبُّوْنَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّاۗ - ٢٠
dan kamu mencintai harta
dengan kecintaan yang berlebihan.
كَلَّآ اِذَا دُكَّتِ الْاَرْضُ دَكًّا دَكًّاۙ - ٢١
Sekali-kali tidak! Apabila
bumi diguncangkan berturut-turut (berbenturan),
وَّجَآءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّاۚ - ٢٢
dan datanglah Tuhanmu; dan
malaikat berbaris-baris,
وَجِايْۤءَ يَوْمَىِٕذٍۢ بِجَهَنَّمَۙ يَوْمَىِٕذٍ
يَّتَذَكَّرُ الْاِنْسَانُ وَاَنّٰى لَهُ الذِّكْرٰىۗ - ٢٣
dan pada hari itu
diperlihatkan neraka Jahanam; pada hari itu sadarlah manusia, tetapi tidak
berguna lagi baginya kesadaran itu.
يَقُوْلُ يٰلَيْتَنِيْ قَدَّمْتُ لِحَيَاتِيْۚ - ٢٤
Dia berkata, “Alangkah
baiknya sekiranya dahulu aku mengerjakan (kebajikan) untuk hidupku ini.”
فَيَوْمَىِٕذٍ لَّا يُعَذِّبُ عَذَابَهٗٓ اَحَدٌ ۙ - ٢٥
Maka pada hari itu tidak ada
seorang pun yang mengazab seperti azab-Nya (yang adil),
وَّلَا يُوْثِقُ وَثَاقَهٗٓ اَحَدٌ ۗ - ٢٦
dan tidak ada seorang pun
yang mengikat seperti ikatan-Nya.
يٰٓاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ - ٢٧
Wahai jiwa yang tenang!
ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ۚ - ٢٨
Kembalilah kepada Tuhanmu
dengan hati yang rida dan diridai-Nya.
فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ - ٢٩
Maka masuklah ke dalam
golongan hamba-hamba-Ku,
وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ ࣖࣖ - ٣٠
dan masuklah ke dalam
surga-Ku.
B. Al-Ghasyiyah
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
هَلْ اَتٰىكَ حَدِيْثُ الْغَاشِيَةِۗ - ١
Sudahkah sampai kepadamu
berita tentang (hari Kiamat)?
وُجُوْهٌ يَّوْمَىِٕذٍ خَاشِعَةٌ ۙ - ٢
Pada hari itu banyak wajah
yang tertunduk terhina,
عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌ ۙ - ٣
(karena) bekerja keras lagi
kepayahan,
تَصْلٰى نَارًا حَامِيَةً ۙ - ٤
mereka memasuki api yang
sangat panas (neraka),
تُسْقٰى مِنْ عَيْنٍ اٰنِيَةٍ ۗ - ٥
diberi minum dari sumber
mata air yang sangat panas.
لَيْسَ لَهُمْ طَعَامٌ اِلَّا مِنْ ضَرِيْعٍۙ - ٦
Tidak ada makanan bagi
mereka selain dari pohon yang berduri,
لَّا يُسْمِنُ وَلَا يُغْنِيْ مِنْ جُوْعٍۗ - ٧
yang tidak menggemukkan dan
tidak menghilangkan lapar.
وُجُوْهٌ يَّوْمَىِٕذٍ نَّاعِمَةٌ ۙ - ٨
Pada hari itu banyak (pula)
wajah yang berseri-seri,
لِّسَعْيِهَا رَاضِيَةٌ ۙ - ٩
merasa senang karena
usahanya (sendiri),
فِيْ جَنَّةٍ عَالِيَةٍۙ - ١٠
(mereka) dalam surga yang
tinggi,
لَّا تَسْمَعُ فِيْهَا لَاغِيَةً ۗ - ١١
di sana (kamu) tidak
mendengar perkataan yang tidak berguna.
فِيْهَا عَيْنٌ جَارِيَةٌ ۘ - ١٢
Di sana ada mata air yang
mengalir.
فِيْهَا سُرُرٌ مَّرْفُوْعَةٌ ۙ - ١٣
Di sana ada dipan-dipan yang
ditinggikan,
وَّاَكْوَابٌ مَّوْضُوْعَةٌ ۙ - ١٤
dan gelas-gelas yang
tersedia (di dekatnya),
وَّنَمَارِقُ مَصْفُوْفَةٌ ۙ - ١٥
dan bantal-bantal sandaran
yang tersusun,
وَّزَرَابِيُّ مَبْثُوْثَةٌ ۗ - ١٦
dan permadani-permadani yang
terhampar.
اَفَلَا يَنْظُرُوْنَ اِلَى الْاِبِلِ كَيْفَ
خُلِقَتْۗ - ١٧
Maka tidakkah mereka
memperhatikan unta, bagaimana diciptakan?
وَاِلَى السَّمَاۤءِ كَيْفَ رُفِعَتْۗ - ١٨
dan langit, bagaimana
ditinggikan?
وَاِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْۗ - ١٩
Dan gunung-gunung bagaimana
ditegakkan?
وَاِلَى الْاَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْۗ - ٢٠
Dan bumi bagaimana
dihamparkan?
فَذَكِّرْۗ اِنَّمَآ اَنْتَ مُذَكِّرٌۙ - ٢١
Maka berilah peringatan,
karena sesungguhnya engkau (Muhammad) hanyalah pemberi peringatan.
لَّسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصَيْطِرٍۙ - ٢٢
Engkau bukanlah orang yang
berkuasa atas mereka,
اِلَّا مَنْ تَوَلّٰى وَكَفَرَۙ - ٢٣
kecuali (jika ada) orang
yang berpaling dan kafir,
فَيُعَذِّبُهُ اللّٰهُ الْعَذَابَ الْاَكْبَرَۗ - ٢٤
maka Allah akan mengazabnya
dengan azab yang besar.
اِنَّ اِلَيْنَآ اِيَابَهُمْ - ٢٥
Sungguh, kepada Kamilah
mereka kembali,
ثُمَّ اِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْ ࣖ - ٢٦
kemudian sesungguhnya
(kewajiban) Kamilah membuat perhitungan atas mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Afif,
Muhammad, Uswatun Khasanah, “Urgensi
Wudhu dan Relevansinya Bagi Kesehatan (Kajian Ma’anil Hadits) dalam Perspektif
Imam Musbikin”, Riwayah Vol. 3 No. 2 (2018).
Alimuddin, Nurwahidin. “Konsep Dakwah
Dalam Islam” Jurnal Hunafa (4) no. 1 (2007); 73-78.
Al-Quran
Amin, Samsul Munir.2009. Ilmu Dakwah.
Jakarta: Amzah.
Busyro. . “Kedudukan Bak Pencuci Kaki Sebelum Masuk dan Keluar
Tempat Berwudhuk Dalam Tinjauan Fiqh Ibadah”
. ALHURRIYAH (2018), 3.
Dulsukmi, Kasim, “Al-Mizan, Fikih Gerhana: Menyorot
Fenomena Gerhana Perspektif Hukum Islam”
(Fakultas Syariah IAIN Sultan Amai Gorontalo Vol. 14, No. 1, 2018, h. 41-62)
Email: duksukmikasim@iaingorontalo.ac.id
Jamaluddin, “Konsep
Thaharah dan Nadhafah Dalam Membangun Budaya Bersih”, Fiqh al-Bi’ah, Vol.
29 No. 2 (2018);. 332-334.
Kurniawati, Burhan. 2019. Prosesi
Pengurusan Jenazah : Studi Kasus Di Desa Waiburak-Flores. Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah
Muhammad Arfain, A.
M. . “Mandi Junub Dalam Tinjauan Al-Qur'an dan Sains” . Tafsere, (2020); 71-73.
Rifai, Moh. 1976. Risalah Tuntunan
Shalat Lengkap. Semarang: C.V Toha Putra.
[1] Jamaluddin, “Konsep
Thaharah dan Nadhafah Dalam Membangun Budaya Bersih”, Fiqh al-Bi’ah, Vol.
29 No. 2 Juli_Desember 2018, hal. 332-334
[2]
Muhammad Afif dan Uswatun Khasanah, “Urgensi Wudhu dan Relevansinya Bagi
Kesehatan (Kajian Ma’anil Hadits) dalam Perspektif Imam Musbikin”, Riwayah
Vol. 3 No. 2, 2018, hal. 220
[3] Muhammad
Arfain dkk, “Mandi Junub Dalam Tinjauan Al-Qur’an dan Sains”, Tafsere,
Vol. 7 No. 2, 2019, hal. 71-73
[4] Moh. Rifai, Risalah Tuntunan
Sholat Lengkap, hal. 35
[5] Quran.kemenag.go.id
[6] Quran.kemenag.go.id
[7] Quran.kemenag.go.id
[8] Quran.kemenag.go.id
Komentar
Posting Komentar