Langsung ke konten utama

PERGERAKAN DAKWAH

MAKALAH

PENGGERAKAN DAKWAH


Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Manajemen Dakwah

Dosen Pengampu : Hasan Bastomi, M.Pd.I.







Disusun Oleh :


Atmimlana Nurrona                             (1940210113)

Muhammad Shofi Al Mubarok           (1940210121)

Faiq Farras Nuraeniyah                       (1940210120)



 


PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

2020

 

 


 

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji bagi Allah SWT. yang dengan segala kemurahan-Nya, akhirnya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Baginda Nabi Muhammad SAW. yang telah membimbing umat menuju kebenaran Islam.

Selanjutnya makalah berjudul Penggerak Dakwah ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas. Dalam penyusunan makalah ini kami telah mendapatkan banyak bimbingan dan saran dari beberapa pihak sehingga tugas ini terselesaikan.

Namun demikian kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritik, saran dan masukan kami harapkan untuk makalah sederhana ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin yarobal alamin.

 

Kudus,  1 Maret 2020

                        Penulis


 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Selama ini dakwah yang berkembang di tengah-tengah masyarakat masih cenderung bersifat normatif (doktriner) daripada berorientasi pada problem yang ada pada objek dakwah. Model dakwah doktriner baik dari segi teori, tapi teori dakwah yang baik yang diterapkan disuatu kelompok masyarakat tidak bisa dipaksakan dengan suatu teori yang kita anggap baik. Hal ini disebabkan karena soal dakwah adalah bukan soal agama saja, tetapi juga soal masyarakat. Soal masyarakat inilah yang sering kali dilupakan orang untuk dibahas, ditinjau, diteliti, dan dianalisis.

Oleh karena itu, dakwah yang baik adalah dengan jalan mempelajari masyarakat secara objektif. Lalu kita melihat kekurangan-kekurangan yang selama ini dilakuka juru dakwah dalam menjalankan misinya.

B.     Rumusan Masalah

1.    Apa yang dimaksud dengan penggerakan dakwah?

2.    Apa yang harus dilakukan saat pemberian motivasi?

3.    Apa yang harus dilakukan saat pemberian bimbingan?

4.    Apa yang dimaksud dengan menjalin hubungan dalam konteks dakwah?

5.    Apa yang dilakukan saat menyelenggarakan komunikasi?

C.  Tujuan

1.      Dapat mengetahui apa itu penggerakan dakwah.

2.      Untuk mengetahui apa saja yang dilakukan saat pemberian motivasi.

3.      Untuk mengetahui apa yang dilakukan saat memberikan bibingan.

4.      Dapat memahami apa yang dimaksud menjalin hubungan.

5.      Dapat mengetahui apa yang harus dilakukan saat penyelenggaraan komunikasi.


 

BAB II

ISI

A.    Penggerakan Dakwah

Gerakan dakwah atau lebih sering dikenal dengan dakwah harakah bermakna dakwah dengan atau melalui sistem pergerakan.Kata harakah itu sendiri secara harfiah berarti gerak atau gerakan,merupakan lawan dari diam.[1]

 Penggerakan dakwah merupakan inti dari manajemen dakwah, karena dalam proses ini semua aktivitas dilaksanakan. Dalam penggerakan dakwah ini, pimpinan menggerakan semua elemen organisasi untuk melakukan semua aktivitas-aktivitas dakwah yeng telah direncanakan, dan dari sinilah aksi semua rencana dakwah akan terealisir, dimana fungsi manajemen akan bersentuhan secara langsung dengan para pelaku dakwah. Selanjutnya dari sini juga proses perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian, atau penilaian akan berfungsi secara efektif.

Penggerakan dakwah adalah  seluruh proses pemberian motivasi kerja kepada para bawahan sedemikian rupa, sehingga nereka mampu bekerja dengan ikhlas demi tercapainyatujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis.

Agar fungsi dari penggerakan dakwah ini dapat berjalan secara optimal, maka harus menggunakan teknik-teknik tertentu yang meliputi:

1.    Memberikan penjelasan secara komprehensif kepeda seluruh elemen dakwah yang ada dalam organisasi dakwah.

2.    Usahakan agar setiap pelaku dakwah menyadari, memahami, dan menerima baik tujuan yang telah diterapkan.

3.    Setiap pelaku dakwah mengerti struktur organisasi yang di bentuk.

4.    Memperlakukan secara baik bawahan dan memberikan penghargaan yang diiringi dengan bimbingan dan petunjuk untuk semua anggotanya.[2]

Ada beberapa poin dari proses pergerakan dakwah yang menjadi kunci dari kegiatan dakwah, yaitu:

1.    Pemberian motivasi.

2.    Bimbingan.

3.    Penyelenggarraan komunikasi.

4.    Pengembangan dan peningkatan pelaksana.[3]

 

B.     Pemberian Motivasi

Motivasi diartikan sebagai kemampuan seorang manajer atau pemimpin dakwah memberikan sebuah kegairahan,kegiatan dan pengertian,sehingga para anggotanya mampu untuk mendukung dan bekerja secara ikhlas untuk mencapai tujuan organisasi sesuai tugas yang dibebankan kepadanya.Dengan demikian motivasi merupakan dinamisator bagi para elemen dakwah yang secara ihklas dapat merasakan,bahwa pekerjaan itu adalah kewajiban yang harus dilaksanakan.Dengan kata lain,bahwa motivasi adalah memberikan semangat atau dorongan kepada para pekerja untuk mencapai tujuan bersama dengan cara memenuhi kebutuhan dan harapan mereka serta memberikan sebuah penghargaan [reward].[4]

Hal ini sebagaimana diindikasikan oleh hadis nabi yang menjelaskan:"kasihanilah mereka yang ada di bumi niscaya yang di langit akan mengasihani kamu." Sementara hadis lain yang juga dapat dijadikan sandaran adalah:"Manusia bergantung pada Allah,yang lebih dicintai-Nya adalah mereka yang bermanfaat bagi sesamanya."

Dengan adanya rasa memiliki [sense of belonging] dan rasa tanggung jawab [sense of responsibility],maka akan menumbuhkan rasa kecewa jika gagal dan merasa bahagia jika tujuannya berhasil.Selanjutnya jika perasaan tersebut sudah mengakar,maka fungsi motivasi sudah berhasil.Motivasi sebagai sesuatu yang dirasakan sangat penting,akan tetapi ia juga sulit dirasakan,karena disebabkan oleh beberapa alasan,yaitu:

1. Motivasi dikatakan penting [important subject],karena berkaitan dengan peran pemimpin yang berhubungan dengan bawahannya.setiap pemimpin harus bekerja sama melalui orang lain atau bawahannya,untuk itu diperlukan kemampuan memberikan motivasi kepada bawahannya.

2. Motivasi sebagai sesuatu yang sulit[puzzling subject],karena motivasi itu sendiri tidak bisa diamati dan diukur secara pasti.Karena untuk mengukurnya,berarti harus mengkaji lebih jauh perilaku masing-masing imdividu.Hal ini juga dipicu dengan teori motivasi yang berbeda-beda.[5]

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya motivasi,yaitu:

a. Adanya proses interaksi kerja sama antara pimpinan dan bawahan [orang lain] ,dengan kolega atau atasan dari pimpinan itu sendiri.

b.Terjadinya proses interaksi antara bawahan dan orang lain yang diperhatikan,diarahkan,dibina dan dikembangkan,tetapi ada juga yang dipaksakan agar tindakan dan perilaku bawahan sesuai dengan keinginan yang diharapkan oleh pimpinan.

c. Adanya perilaku yang dilakukan oleh para anggota berjalan sesuai dengan sistem nilai atau aturan ketentuan yang berlaku dalam organisasi yang bersangkutan.

d. Adanya perbedaan perilaku yang ditampilkan oleh para anggota dengan latar belakang dan dorongan yang berbeda-beda.[6]

Dalam manajemen dakwah pemberian motivasi ini dapat berupa:

1.      Mengikitsertakan dalam pengambilan keputusan

    Pengambilan keputusan atau [dicision making] merupakan sebuah tindakan yang penting dan mendasar dalam sebuah organisasi.Betapa tidak,sepanjang proses manajemen berlangsung,mulai dari tingkat perencanaan,pengorganisasian,pelaksanaan hingga pada pengendalian pengambilan keputusan akan selalu berlangsung.sebuah manajemen akan bisa berarti dan berfungsi jika dilakukan pengambilan keputusan.Proses pengambilan keputusan ini merupakan suatu langkah manajer yang bijaksana untuk memilih dari berbagai alternatif yang ditempuh.[7]

2.      Memberikan informasi secara komperehensif.

Semua fungsi manajerial dakwah itu sangat tergantung pada arus informasi,yakni data yang telah diatur atau dianalisis untuk memberikan arti yang sangat permanen mengenai semua kondisi yang berlangsung,naik yang terjadi di dalam maupun di luar organisasi.Dengan sistem informasi yang akurat dan tepat waktu,maka pemimpin dakwah dapat memonitor semua kemajuan ke arah sasaran dan mengubah rencana dakwah menjadi sebuah kenyataan.Karena dalam proses dakwah seorang pemimpin atau pelaksana harus mampu secara cerdas mengikuti jejak dengan mengantisipasi semua masalah,kemudian dengan cermat lmampu mengembangkan keterampilan dan skill dalam mengidentifikasi dan mengoreksi,dan kemudian mengambil langkah-langkah koreksi tersebut.

Karena struktur organisasi tidak hanya suatu rangkaian kontak dan garis yang saling berhubungan dalam suatu bagan.tetapi suatu pola hubungan antarmanusia yang direrepncanakan maupun tidak direncanakan,yang telah berkembang selama satu periode sebagai tanggapan terhadap masalah-masalah manusiawi dalam organisasi itu.Satu dari peran yang lebih jelas dari manajemen puncak ialah menentukan tujuan keseluruhan dari organisasi.Dalam realitasnya proses keputusan itu sering menyangkut tingkat-tingkat yang lebih rendah dalam organisasi dan satu jumlah besar dalam komunikasi hierarkis untuk membangun suatu konsensus dan ikatan terhadap konsensus tersebut.Dari pemberian informasi yang komprehensif ini dapat menghilangkan sebuah keraguan dan akan memberikan sebuah kepastian kepada semua pihak dalam melaksanakan tugas-tugasnya.Dalam penggunaan arus informasi,para manajer dakwah harus selalu memerhatikan mutu hubungan manusia di dalam sebuah organisasi yang meliputi hal-hal yang bersifat:mengambil keputusan kritis,perwakilan,penanganan komunikasi ke bawah,menangani komunikasi ke atas,menyelesaikan perselisihan,serta sebuah umpan balik yang akan didapat.[8]

 Ada empat faktor yang dapat dijadikan sebuah evaluasi dalam sebuah organisasi,yaitu:

1. Mutu informasi,semakin akurat sebuah informasi,maka akan semakin tinggi mutu dan akan semakin aman pemimpin dakwah dalam memercayai dalam membuat keputusan.

2. Ketetapan waktu informasi,pada proses aktivitas dakwah diperlukan sebuah ketepatan informasi,ini diperlukan untuk menghindari tindakanbyang salah,serta pelaksanaan korektif yang akurat.

3. Mutu informasi,dalam sebuah organisasi akan di dapat banyak sekali informasi yang masuk.semakin banyak informasi yang masuk,maka akan semakin sulit dalam pembuatan keputusan.Namun dari sinilah diperlukan sebuah keterampilan semua elemen dalam mengakses dan mengakomodir,sehingga informasi yang sifatnya membantu akan diperoleh dengan tepat.

4. Relevansi informasi,ini merupakan kelanjutan dari mutu informasi itu sendiri,di mana korelasinya terdapat pada para pemimpin dakwah. Mereka harus mampu mempertanggungjawabkan informasi yang relevan tersebut dengan tugas-tugasnya.[9]

C.     Melakukan Bimbingan       

Bimbingan disini dapat diartikan sebagaibtindkan pimpinan dakwah yang dapat menjamin terlaksanakannyantugas-tugas dakwah sesuai dengan rencana ketentuan-ketentuan yang telah digariskan.Dalam proses pelaksanaan aktivitas dakwah itu masih banyak hal-hal yang harus diberikan sebagai sebuah arahan atau bimbingan.Hal ini dimaksudkan untuk membimbing para elemen dakwah yang terkait guna mencapai sasaran dan tujuan yang telah dirumuskan untuk menghindari kemacetan atau penyimpangan.pekerjaan ini lebih banyak dilakukakn oleh pemimpin dakwah,karena mereka yang lebih banyak mengetahui kebijakan organisasi,yakni akan dibawa ke mana arah organisasi.[10]

Adapun komponen bimbingan dakwah adalah nasehat untuk membantu para da’I dalam melaksanakan perannya serta mengatasi permasalahan dalam menjalankan tugasnya adalah:

1.      Memberikan perhatian terhadap setiap perkembangan para anggotanya.

2.      Memberikan nasehat yang berkaitan dengan tugas dakwah yang bersifat membantu

3.      Memberikan sebuah dorongan,ini bisa berbentuk dengan mengikutsertakan kedalam progam pelatihan-pelatihan yang relevan.

4.      Memberikan bantuan atau bimbingan kepada semua elemen dakwah untuk ikut serta dalam pembuatan keutusan dan strategi perencanaaan. [11]

D. Menjalin Hubungan

Langkah ketiga dalam penggerakan dakwah adalah dengan penjalinan hubungan untuk tercapainya harmonisasi antara semua pihak yang terkait dalam aktivitas dakwah. Sebuah tim merupakan kelompok orang yang memiliki tujuan yang sama. Untuk dapat dianggap sebuah tim, maka sekumpulan orang tersebut harus memiliki karakteristik sebagai berikut:

1.      Ada berbagai kesepakatan terhadap misi tim.

2.      Semua anggota harus menaati peraturan tim yang berlaku.

3.      Ada pembagian tanggung jawab dan wewenang yang adil.

4.      Anggota tim harus dapat saling beradaptasi terhadap perubahan yang positif.[12]

Dengan adanya penjalinan hubungan, para pelaksana dakwah yang ditempatkan dalam berbagai biro dan bagian satu sama lain, maka dapat dicegah terjadinya kekacauan dan ketidaksesuaian.  Disamping itu, pelaksana dakwah dapat menyadari bahwa segenap aktivitas yang dilakukan itu adalah dalam rangka pencapaian sasaran dakwah.

Adapun cara-cara yang dapat dilakasanakan dalam rangka penjalinan hubungan antara para pelaksana dakwah satu sama lain adalah:

1.      Menyelenggarakan permusyawaratan

2.      Wawancara dengan para pelaksana

3.      Buku pedoman dan tata kerja

4.      Memo berantai

Secara tradisional, tim dalam organisasi dibagi menjadi dua bagian yang memiliki karakteristik tersendiri, yaitu sebuah tim yang bekerja secara formal dan sebuah tim yang bekerja secara informal.

Terdapat beberapa alasan mengapa diperlukan sebuah hubungan antar keloempok, yaitu:

1.      Keamanan. Dengan bergabung dalam kelompok, individu dapat mengurangi rasa cemas, akan merasa lebih kuat dan akan lebih tahan terhadap ancaman.

2.      Status. Memberikan sebuah perasaan berharga yang mengikat pada anggota-anggota kelompok itu sendiri.

3.      Pertalian. Hubungan tersebut dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial dengan interaksi yang teratur.

4.      Kekuasaan. Ada kekuatan dengan sebuah tim.

5.      Prestasi baik. Untuk mencapai tugas tertentu, maka ada kebutuhan untuk mengumpulkan bakat, pengetahuan, dan kekuatan agar dapat menyelesaikan suatu pekerjaan.[13]

Dalam hal ini, seorang pemimin dakwah harus mampu menciptakan sebuah lingkungan yang kondusif diantara semua anggota organisasi. Ada beberapa cara untuk menciptakan sebuah lingkungan tersebut, yaitu: Meningkatkan ketertarikan pribadi, Meningkatkan interaksi, Menciptakan sebuah tujuan bersama dan rasa seperjuangan.[14]

Menurut Richardo Guzzo dan Grogory Shea bahwa fungsi dari sebuah organisasi adalah:

a.       Interdependensi tugas, yaitu sejauh mana pekerjaan kelompok menuntut para anggotanya untuk saling berinteraksi.

b.      Rasa potensi, yaitu sebuah keyakinan kolektif dari suatu kelompok bahwa kelompok itu bisa efektif dan akan maju.

c.       Interpendensi hasil, beberapa pekerjaan kelompok memiliki konsekuensi yang dirasakan oleh para anggota.[15]

 

E. Penyelenggaraan Komunikasi

Komunikasi adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari manusia, baik secara individu maupun bermasyarakat. Betapa tidak, komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dan vital dalam kehidupan manusia.[16]

Tahap selanjutnya adalah adanya jalinan komunikasi antara pimpinan dakwah dengan para pelaksana sangat penting sekali bagi kelancaran proses dakwah. Tanpa adanya komunikasi proses dakwah akan terganggu bahkan mengalami kemacetan dan menjadi berantakan seperti adanya prasangka buruk, ketidakpercayaan dan saling mencurigai antara pimpinan dakwah dengan para pelaksana. Atas dasar ini maka penting bagi pemimpin dakwah untuk senantiasa menyelenggarakan komunikasi dengan para pelaksana dakwah. [17]

Informasi yang disampaikan oleh para pimpinan dakwah kepada para pelaksana akan efektif, bila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1.      Jelas dan Lengkap, Informasi yang disampaikan harus lengkap dan jelas. Sehingga mudah dipahami apa yang dimaksudkan oleh pihak pemberi informasi.

2.      Konsisten, Informasi yang disampaikan harus konsisten. Artinya, informasi yang disampaikan terdahulu tidak boleh bertentangan dengan informasi yang disampaikan kemudian.

3.      Tepat waktu, Informasi yang disampaikan harus tepat agar dapat diterima dengan baik.

4.      Jelas siapa yang dituju, Komunikasi akan berjalan dengan efektif, bila pemberi komunikasi mengenal lebih baik pihak yang akan menerima informasi.

Menurut Minzeberg ada tiga komponen peran komunikasi dalam manajerial, yaitu:

1.      Pemimpin bertindak sebagai tokoh utama dari unit organisasi, berinteraksi dengan karyawan, konsumen, dan rekan dalam organisasi

2.      Manajer mencari informasi dari rekan karyawan dan kontak pribadi mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan dan tanggung jawab mereka.

3.      Dalam peran mengambil keputusan mereka, manajer mengimplementasikan proyek baru, mengatasi gangguan, dan mengakalokasikan sumber daya kepada anggota unit dan departemen. [18]

Terdapat kendala yang harus diperhatikan oleh lembaga dakwah dalam pemanfaatan komunikasi. Harus melihat kondisi masyarakat (mad’u) agar lebih aktif dan kritis dalam menerima pesan-pesan yang akan disampaikan kepadanya. Komunikan harus aktif memilih pesan yang disampaikan berdasarkan kebutuhan, minat, selera, tingkat intelektualisasi dan pendidikan, profesi, system nilai, agresi pengalaman hidup, serta lingkungan.

Manfaat dari penyelenggaraan komunikasi sebagai sarana yang efektif dalam sebuah organisasi adalah:

1.      Komunikasi dapat menempatkan orang-orang pada tempat yang seharusnya.

2.      Meningkatkan motivasi untuk menghasilkan kinerja yang baik dan meningkatkan komitmen terhadap organisasi.

3.      Terciptanya hubungan yang harmonis antara atasan dan bawahan.

4.      Menolong orang-orang untuk mengerti perubahan.[19]

 

 


 

 

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Penggerakan Dakwah adalah proses pemberian motivasi kerja dari atasan kepada para bawahan sedemikian rupa, sehingga dapat bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi. Fungsi dari penggerakan dakwah.

Motivasi adalah memberikan semangat atau dorongan kepada para pekerja untuk mencapai tujuan bersama dengan cara memenuhi kebutuhan dan harapan mereka serta memberikan sebuah penghargaan. Ada empat factor yang dapat dijadikan sebuah evaluasi dalam sebuah organisasi, yaitu: Mutu, Kecepatan waktu, dan Relevansi informasi.

Komponen bimbingan dakwah adalah nasihat untuk membantu para da’I dalam melaksanakan perannya serta mengatasi permasalahan dalam menjalankan tugasnya.

Diperlukan sebuah jakinan hubungan yang harmonis antara pihak elemen yang terkait dalam aktivitas dakwah dalam. Demi tercapainya hubungan yang harmonis, maka dibutuhkan komunikasi yang efektif. Kinerja komuunikasi memengaruhi organisasi.


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Muhammad Munir, S. M. (2006). Manajemen Dakwah. Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP.

Wahyu Ilaihi, M. (2010). Komunikasi Dakwah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

MB mustofa, Gerakan dakwah, repository.radenintan.ac.id diakses pada 06.46

 

 

 

 

 

 



[1] MB mustofa,Gerakan dakwah, repository.radenintan.ac.id,hal 25

[2] Muhammad munir,Manajemen dakwah,(prenadamedia group),Jakarta,2016,hal.139

[3] Ibid,hal.140

[4] Wahyu ilahi,komunikasi dakwah,(PT.remaja rosdakarya,bandung:2010).hal.141

[5] Ibid,hal.142

[6] Ibid,hal.142

[7] Ibid,hal.143

[8] Ibid,hal.149-150

[9] Ibid,hal.150-151

[10] Ibid,151

[11] Ibid,152

[12] Ibid,hal.154-155

[13] Ibid,hal.155

[14] Rasa seperjuangan ini didasarkan atas dasar persamaan [musawah], persaudaraan [ukhuwah], cinta kasih [mahabbah], damai [silm], tolong-menolong [ta’awun], dan toleransi [tasamuh].

[15] Ibid,hal.158

[16] Wahyu Ilaihi,Op.Cit,,hal.43

[17] Yunan yusuf,Op.Cit,hal.159

[18] Ibid,hal.161-162

[19] Ibid,hal.162


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PARADIGMA DAKWAH (Tabligh, Pengembangan Masyarakat, Harakah, Kultural)

PARADIGMA DAKWAH I Disusun Guna Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah: Filsafat Dakwah Dosen Pengampu: Riza Zahriyal Falah, M.Pd.I     Disusun oleh:   Atmimlana Nurrona                (1940210113) Siti Karlina                               (1940210116)     PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM INSTITUT AGAMA NEGERI KUDUS 2020   KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “PARADIGMA DAKWAH 1” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Riza Zahriyal Falah, M.Pd.I. pada bidang studi Filsafat Dakwah. Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca juga penulis. Penulis mengucapkan terimaksih kepada Bapak Riza Zahriyal Falah, M.Pd.I. yang telah memberikan tugas ini sehingga

Media dan Masyarakat: Media Panas Dingin, Teori Agenda Setting

- Media dan Masyarakat: Media Panas Dingin, Teori Agenda Setting – Ari Yusmindarsih, M.I, KOM.   MEDIA PANAS DAN DINGIN McLuhan membagi media menjadi dua jenis yaitu 'media panas' (hot media) serta 'media dingin' (cool media). Media panas adalah media yang tidak menuntut perhatian besar dari pendengar, pembaca atau penonton (audien) media bersangkutan. Dalam menggunakan media ini audien tidak dituntut untuk mnggunakan daya imajinasinya, atau dengan kata lain sangat sedikit sekali daya imajinasi yang dibutuhkan. Partisipasi audien dalam media panas sangatlah rendah karena makna dari informasi yang diterima audien sudah sangat lengkap dan jelas. Media panas memberikan audien apa yang dibutuhkannya --dalam hal ini, hiburan. FILM Ketika menonton film di bioskop, kita hanya duduk, menonton film, sambil makan atau minum, tidak ada upaya keras untuk menerima dan memahami informasi dari media itu. Media dingin adalah media definisi rendah, membutuhkan partis

Teori Penetrasi Sosial

TEORI PENETRASI SOSIAL Teori ini berkaitan dengan bagaimana kita mengetahui atau mengenal orang lain dengan cara “masuk ke dalam” (penetrating) diri orang bersangkutan   lapisan dalam bola itu adalah hal-hal yang tidak tampak dari luar, sedangkan lapisan luar bola adalah hal-hal permukaan yang orang lihat tentang kita secara fisik akan terlihat seperti itu untuk mengetahui jati diri orang maka kita harus masuk ke dalam bola, untuk lebih tahu apa isi sesungguhnya di dalam bola tersebut. “Bola diri” seseorang memiliki 2 aspek: aspek “keluasan” (breadth) dan aspek “kedalaman” (depth). Kita dapat mengetahui berbagai jenis informasi tentang orang lain/ mungkin mendapat informasi detail dan mendalam tentang 1 atau 2 aspek tersebut dengan masuk ke dalam kehidupan orang tersebut. Ketika hubungan di antara 2 individu berkembang, maka mereka akan semakin mendapatkan informasi lebih luas dan dalam. Teori ini dikembangkan oleh Irwin Altman & Dalmas A. Taylor. Mereka memandang bahwa suatu hubun