ISLAM DI ASIA TENGGARA DAN AUSTRALIA SERTA KONDISINYA
Disusun Guna Memenuhi Tugas Ulangan
Akhir Semester
Mata Kuliah: Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu: Anisa Listiana,
M.Ag.
Disusun oleh:
Atmimlana Nurrona (1940210113)
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM
INSTITUT AGAMA NEGERI KUDUS 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “ISLAM DI
ASIA TENGGARA DAN AUSTRALIA SERTA KONDISINYA” tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ujian Akhir
Semester yang diberikan oleh Ibu Anisa
Listiana, M.Ag, pada bidang studi Sejarah Peradaban Islam. Makalah ini
bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca juga penulis. Penulis
mengucapkan terimaksih kepada Ibu Anisa Listiana, M.Ag. yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang penulis tekuni. Penulis
menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.
Kudus, 15 Juni 2020
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 4
1.1.Latar Belakang Masalah.................................................................. 4
1.2.Rumusan Masalah........................................................................... 4
1.3.Tujuan Penulisan............................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 5
2.1. Sejarah Islam di Asia Tenggara...................................................... 5
2.2. Perkembangan Masyarakat Islam
di Asia Tenggara...................... 5
2.4. Sejarah Islam di Australia............................................................ 10
2.5. Kondisi Masyarakat Muslim di
Australia..................................... 10
BAB III PENUTUP...................................................................................... 11
3.1. Kesimpulan................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Agama adalah
suatu kepercayaan dengan adanya Tuhan yang mengatur tata kehidupan manusia.
Agama sebagai sistem yang menjadi sandaran bagi kehidupan manusia. Agama
merupakan sistem yang mengatur tata keimanan dan kepercayaan serta ibadah pada
Tuhan Yang Maha Kuasa disertai dengan kaidah yang telah diatur. Agama merupakan
pedoman hidup bagi manusia. Setiap manusia, pastilah hidup bersandar dengan
keyakinan (agama) yang di percayainya masing-masing. Namun berbeda dengan
Atheis yang menganggap bahwa Tuhan itu tidak ada, dan segala sesuatu yang mereka
dapatkan adalah murni dari usaha mereka sendiri.
Bagi manusia
yang percaya dengan adanya Tuhan, mereka selalu melibatkan setiap perkara yang
mereka kerjakan. Islam adalah agama Rahmatallilalamin. Islam adalah
agama yang di wahyukan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk menjadi pedoman
hidup seluruh manusia hingga akhir zaman. Islam bermula diajarkan oleh Nabi
Muhammad kepada penduduk Makkah, Madinah, Arab. Setelah Nabi Muhammad wafat,
dilanjutkan oleh Khulafaurrasyidin, dan para Ulama dan Kyai hingga
sampai pada generasi sekarang. Islam mengajarkan pemeluknya untuk menyebarkan
keselamatan dan kedamaian.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1.
Bagaimana
sejarah Islam di Asia Tenggara?
2.
Bagaimana perkembangan Islam di Asia Tenggara?
3.
Bagaimana sejarah Islam di Australia?
4.
Bagaimana kondisi masyarakat muslim di
Australia?
1.3
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.
Untuk
mengetahui sejarah masuknya Islam di Asia Tenggara
2.
Untuk
mengetahui perkembangan masyarakat Islam di Asia Tenggara
3.
Untuk
mengetahui sejarah masuknya Islam di Australia
4.
Untuk
mengetahui kondisi masyarakat muslim di Australia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah Islam di Asia Tenggara
a.
Islam di Indonesia
Islam mulai masuk ke Indonesia mulai abad ke-7. Dilihat dari proses
berkembangnya, Ada 3 teori tentang kedatangan Islam di Indonesia:
1.
Teori Arab
Menurut Sir Thomas Arnold islam berasal dari Arab. Pernyataan tersebut didasarkan dengan adanya persamaan madzab di Malabar dengan madzab yang kebanyakan di anut oleh masyarakat Nusantara, yaitu Madzab Syafi’i. Persebaran agama Islam dimulai dengan pedagang Arab yang berdagang di Nusantara, mereka berdagang di wilayah Nusantara wilayah Barat-Timur dengan sekaligus berdakwah menyebarkan agama Islam.[1]
Pendapat ini diperkuat dengan fakta sumber Cina menyatakan bahwa pada akhir abad ke-7, seorang pedagang dari Arab menjadi pemimpin sebuah pemukiman Arab Muslim di pesisir pantai Sumatra. Para pedagang Arab ini banyak yang menikah dengan penduduk lokal. Sehingga mereka makin leluasa menyebarkan agama islam.
Salah satu sejarawan yang setuju
dengan teori ini adalah Hamka. Selain persamaan madzab, Hamka juga berpendapat
bahwa gelar Raja-raja Pasai adalah Al-malik, bukan Shah atau Khan seperti yang
dipakai di India.[2]
2.
Teori India
Menurut J.P.
Moquette, bahwa islam datang di Indonesia berasal dari India. Pendapat tersebut
didasarkan atas penelitiannya terhadap bentuk batu nisan di Pasai dan juga batu
nisan Maulana Malik Ibrahim yang mempunyai kesamaan dengan batu nisan yang ada
di Cambay, Gujarat India.[3]
3.
Teori Persia.
Menurut
pendapat Hoesein Djajadiningrat, bahwa masuknya Islam di Nusantara berasal dari
Persia. Terdapat tiga alasan, yang pertama bahwa ajaran Manunggaling Kawula
Gusti dari Syekh Siti Jenar merupakan pengaruh dari ajaran wahdat al-wujud
al-Hallaj dari Persia. Kedua, pengejaan huruf arab merupakan pengaruh Persia.
Ketiga, peringatan Asyura (10 Muharram) adalah yang diperingati kaum Syi’ah
atas wafatnya cucu Rasulullah, Husain bin Abi Thalib di Padang Karbala. Pada
masyarakat Jawa dan Aceh, memperingati peristiwa itu dengan membuat bubur
Asyura.[4]
4.
Teori Cina
Dengan adanya bukti bahwa Raden Patah merupakan
keturunan Cina. Terdapat peninggalan-peninggalan Islam yang bercorak Cina di
jawa, seperti Masjid Kuno di Mantingan Jepara, Menara Masjid di Pecinan Banten,
Pintu Makam Sunan Gresik, Kontruksi Masjid Sekayu di Semarang[5]
Menurut data Populasi Penduduk Muslim pada tahun 2020, Indonesia
merupakan Negara dengan mayoritas penduduk islam terbesar di dunia. Dengan
perkiraan 229 juta muslim di dunia, Indonesia terdapat sebanyak 87,2 % dari
jumlah keseluruhan 263 juta jiwa. Mayoritas Islam di Indonesia terdiri dari 99%
aliran Sunni, 0,5 % Syi’ah, dan 0,3 % Ahmadiyah.
b.
Islam di Thailand
Islam masuk ke Thailand diperkirakan pada abad ke-10 atau ke-11,
dengan perantaraan pedagang dari Arab dan India. Mayoritas penduduknya beragama
Budha dan Hindu. Umat Islam di Thailand paling banyak bermadzab Syafi’i dan
merupakan minoritas terbesar setelah China. terdapat sekitar 2,2 juta kaum
muslim atau 4% dari penduduk umumnya, masyarakat muslim di Thailand paling
banyak bertempat di Kota Satun sebanyak 67,8 %, di Kota Pattani sebanyak 80 %,
dan Kota Yala sebanyak 68,9 %.
Menurut data Nasional pada tahun 2007, negara ini memiliki sekitar
3.494 bangunan masjid yang megah dan indah, dengan jumlah terbesar di Provinsi
Pattani sebanyak 636 masjid. Salah satu masjid yang terkenal adalah Masjid Jawa
yang didirikan oleh komunitas muslim Indonesia di Thailand.[6]
Agama Islam di Thailand mendapat dukungan dari Kerajaan Thailand
dengan adanya lembaga penanggung jawab yang disebut Mufti, yang bertugas untuk
mengatur kebijakan kehidupan masyarakat Muslim Thailand, seperti penetapan
kalender hijriyah.
Masyarakat Muslim di Thailand mendapat julukan Khaek, yang
berarti pendatang atau tamu. Istilah ini dipakai pemerintah untuk
mendeskripsikan kaum Melayu-Muslim di Thailand, dengan istilah Thai-Islam
(1940). Namun pada umumnya kaum Muslim
Melayu lebih senang dipanggil Malay-Islam. Adapun pekerjaan kaum Muslim
Thailand yang paling dominan adalah petani, pedagang kecil, buruh pabrik, dan
pegawai pemerintahan.
c.
Islam di Malaysia
Islam masuk ke Malaysia dibawa oleh pedagang Gujarat pada abad
ke-9. Dengan adanya penemuan batu nisan di Tanjung Inggris pada tahun 1965. Di
batu nisan tersebut bertuliskan nama Syekh Abdu Al Qadir Ibnu Husayn Syah yang
meninggal pada tahun 940 M. menurut sejarawan, Syekh Abdu Qadir adalah Da’i
keturunan dari Persia.
Proses Islamisasi di Malaysia mengalami perkembangan dan
kebangkitan dengan maraknya kegiatan dakwah dan kajian Islam oleh kaum
intelektual.[7]
Ditegaskan dalam konstitusi negaranya, bahwa Islam merupakan agama resmi
negara, bahkan di Kelantan, hukum hudud telah diberlakukan sejak tahun 1992.
Terdapat beberapa Peradaban islam di Malaysia, ada tiga masjid
tertua di Malaysia, yakni Masjid Kampung Laut beratap daun palem yang berada di
Nilam Puri, Kelantan. Masjid ini dibangun pada abad ke-15 oleh para nelayan.
Kedua, Masjid Abidin yang didirikan oleh Sultan Zainal Abidin II yang terletak
di Terengganu, Malaysia pada tahun 1793-1808. Selanjutnya Masjid Negeri Sultan
Abu Bakar yang terletak di Johor, Malaysia. Masjid ini dibangun pada tahun 1892
dan 1900. Yang unik dari masjid ini adalah menara masjid yang terdapat
kemiripan dengan menara jam Inggris abad ke-19. Pada data yang tercatat di
Malaysia tahun 2013, terdapat sekitar 19,5 juta masyarakat muslim di malayisa,
atau 61,3% dari jumlah populasi penduduk.
d.
Islam di Myanmar
Agama Islam tiba di Myanmar pada tahun 1055 oleh Para Saudagar Arab
yang mendarat di delta Sungai Ayeyarwady. Kedatangan ini dicatat oleh
orang-orang Eropa, China, dan Persia. Islam di Myanmar sempat meningkat pada
masa penjajahan Britania Raya, karena banyaknya muslim India yang berimigrasi
ke Myanmar.[8]
Namun populasi Islam menurun ketika perjanjian India-Myanmar
ditandatangani pada tahun 1941. sebagian besar penduduk Myanmar bekerja sebagai
Penjelajah, Pelaut, Saudagar, dan Tentara. Umat Islam asli Myanmar disebut
Pathi. Umat Islam di Myanmar menempati urutan ketiga dengan jumlah 2,3%
penduduk muslim. Mayoritas penduduk Myanmar beragama Budha (89,9%) dan Kristen
(6,3%). Masyarakat Islam di Myanmar sebagian besar bekerja sebagai pedagang
e.
Islam di Filipina
Islam masuk ke Filipina Selatan (Sulu dan Mindanau) pada tahun 1380
M. Orang pertama yang berdakwah adalah Karimul Makhdum dan Raja Baguinda,
seorang tabib dan ulama. Menurut ahli sejarah, kata Manila (Ibu Kota Filipina)
berasal dari kata Amanullah (negeri Allah yang aman).
Pada Masa Kolonial Spanyol, Orang-orang Spanyol masuk ke Filipina
pada 16 Maret 1521 M, bertempur untuk mencapai Mindanao-Sulu selama 375 tahun
melawan kaum Muslimin. Walau demikian, kaum Muslimin tidak pernah dapat
ditundukkan secara total. Tahun 1578 M terjadi perangan antar orang Filipina
yang melibatkan orang Kristen berperang melawan orang Islam.[9]
Kemudian timbul kebencian dan rasa curiga orang Kristen Filipina terhadap
bangsa Islam hingga sekarang. Menurut data NSO tahun 2010, jumlah penduduk
islam di Filipina mencapai 5.127.084 penduduk atau setara dengan 32,7%. Masyarakat
muslim Filipina mayoritas tinggal di Kota Mindanao.
f.
Islam di Singapura
Islam datang di singapura melalui jalur perdagangan. Salah satu
peradabannya adalah terdapat Sultan Mosque yang didirikan pada tahun 1819 dan
termasuk salah satu masjid tertua. Selanjutnya terdapat Kampong Glam yang
merupakan persinggahan para pedagang Arab yang menikah dengan penduduk asli. Di
Singapura terdapat 2 komunitas yaitu imigran dari Indonesia dan Luar Indonesia
(Arab dan India). Para sejarawan melakukan penelitian dan menghasilkan bahwa
komunitas muslim terbanyak dari etnis melayu.
Berdasarkan hasil sensus tahun 1980 yang menyatakan bahwa
orang-orang muslim Singapura tertinggal dari etnis lain dalam bidang sosial
ekonomi, maka lembaga-lembaga muslim memberi
motivasi untuk meningkatkan pendidikan dan berkopetensi secara
profesional. Dan pada tahun 1981 mendirikan sebuah lembaga yang bernama (MENDAKI),
dan lembaga ini mempercepat lahirnya karya-karya yang terkait dengan pendidikan
bagi kaum minoritas muslim di Singapura.[10]
Di Singapura, terdapat banyak masjid dan pendidikan Madrasah yang menandakan
islam semakin berkembang di negera ini.
g.
Islam di Vietnam
Islam datang ke vietnam pada abad ke-11, dengan ditemukannya dua
prasasti yang berasal dari muslim Champa. Pada awalnya, hanya terdapat sedikit
orang yang masuk Islam. Namun Saat Raja Champa memeluk Islam, banyak rakyatnya
yang juga memeluk Islam ( 1607-1676).
Menurut data Departemen Luar Negeri Vietnam, jumlah umat Islam
mencapai 70.700.000 jiwa. Penduduk perempuan muslim adalah 7,5% lebih besar dari penduduk laki-laki
muslim. Umat Islam di Vietnam rata-rata bertempat tinggal di provinsi binh
thuan, ninh thuan, an giang, tay ninh, dong nay, dan ho chi minh city. Mazhab
yang diikuti penduduk Islam Vietnam adalah Mazhab Sunni dan Mazhab Bani.
h.
Islam di Kamboja
Islam masuk ke Kamboja pada abad ke-11 M . Menurut Ketua Senat
Mahasiswa Muslim Kamboja, Sles Alfin, populasi muslin diperkirakan mencapai 5%.
Kebanyakan merupakan etnis Cham dan Melayu yang bermadzab Syafi’i. pada tahun
2008, Muslim di Kamboja mencapai 321 ribu jiwa. perkembangan Islam di Kamboja
tidak terlepas dari para Salafi dan Wahabi , serta sejumlah organisasi di Arab
dan Kuwait yang mendanai pendirian sekolah-sekolah Islam di Kamboja.[11] Hingga 2005, jumlah pemukiman Muslim di
kamboja mencapai 417 desa, dengan 3 hingga 7 sekolah Islam di setiap desa.
Muslim Kamboja rata-rata bekerja di bidang perdagangan, pertanian,
dan perikanan. Pada tahun 1962 terdapat sekitar 100 masjid di kamboja dan
jumlahnya terus bertambah. Ada tiga masjid yang dikenal hingga sekarang adalah
Masjid Internasional Phnom Penh yang didirikan tahun 1813. Masjid Agung al
Serkal yang merupakan masjid terbesar di Kamboja. Masjid Neak Mah yang terletak di Siem Reap dengan
bangunan kubah emas besar.
i.
Islam di Laos
Agama Islam masuk ke Laos melalu pedagang dari China. Para pedagang
China dikenal dengan nama Chin Haw. Peninggalan kaum Chin Haw hingga hari ini
adalah Masjid dengan ciri khas berupa menara gaya Oriental. Di dalamnya
terdapat tulisan-tulisan dalam bahasa Arab, Tamil, Lao, Urdu, dan Inggris.
Sebagian besar muslim di Laos merupakan Pebisnis. Berjaya di bidang Tekstil, ekspor-impor,
dan penjual daging. Untuk membedakan kios daging mereka dengan kios daging lain
yang menjual daging babi, para penjual yang beragama Islam memasang lambang
bulan sabit. Di perkirakan muslim di Laos menacapai 40.000 jiwa.
j.
Islam di Brunei Darussalam
Agama Islam di Brunei diperkenalkan tahun 977 oleh para pedagang
Cina. Sekitar 500 tahun kemudian, agama Islam barulah menjadi agama resmi di
Brunei. Islam berkembang pesat sejak pemerintahan Sultan Syarif Ali, seorang
Ahlul Bait dari keturunan cucu Rasulullah, Hasan. Ketika pemerintahan Sultan
Hassan, Undang-Undang Islam, yaitu Hukum Qanun terdiri atas 46 pasal dan 6
bagian, diperkuat sebagai UUD negara. Tahun 1888-1983, Brunei berada dibawah
kekuasaan Inggris dan merdeka sebagai negara Islam dibawah pimpinan Sultan
Hassanal Bolkiah Mu’izzaddin Waddaulah. Berdasarkan data statistic, penduduk
Brunei berjumlah 370 ribu jiwa. Sekitar 67% adalah muslim, 13% Budha, dan
pemeluk Kristen 10%.
k.
Islam di Timor Leste
Agama Islam pertama kali masuk oleh para pedagang, khususnya daerah
pedalaman, (Kerajaan Wewiku). Mendengar dakwah Islam yang dilakukan serombongan
mubalig, Raja Gabrial Isu penasaran dan ingin mengetahui tentang Islam.
Diceritakan, ada beberapa dialog diantara Raja Gabrial Isu dengan para mubalig.
Yang pertama, tentang penciptaan Nabi Adam. Kedua, tentang Alqur’an dengan
tulisan Arab. Ketiga, dialog tentang Tuhan. Keempat, tentang Yesus. Setelah
berdialog, Raja Gabrial Isu sadar dan akhirnya masuk islam. Dengan peristiwa
ini, 15.000 masyarakat yang loyal kepadanya ikut masuk Islam. Raja Gabrial Isu
lalu mengganti namanya dengan Gunawan Isu, dengan masuknya islam beliau dipecat
dari jabatannya menjadi Camat, karena memperjuangkan dan menegakkan Islam.
2.2
Sejarah Islam Australia
Agama Islam
masuk ke Australia dimulai oleh para nelayan dari Sulawesi Selatan yang
berinteraksi dengan penduduk Aborigin tahun 1600. Para nelayan ini kemudian
menyebarkan agama Islam kesejumlah penduduk Aborigin, Australia. Hal ini
dibuktikann dengan adanya persamaan beberapa Bahasa makassar dan penduduk
Australia. Dengan adanya hubungan perdagangan, banyak orang Makassar yang
menikah dengan penduduk Aborogin. tidak banyak umat Muslim waktu itu, sampai
tahun 1860 serombongan pengembala Onta dari Afghanistan datang ke Australia
menambah jumlah Muslim di Australia.[12]
Ada juga
sejumlah migran muslim dari Afrika yang datang ke Australia sebagai pelaut dan
narapidana dalam armada Eropa pada tahun 1700. Pembangunan masjid di Australia
cukup menggembirakan, lebih dari 85 Masjid dan 50 Mushola, seperti Masjid
Brisbone, di Kota Sarrey Hil di bangun Masjid Raya Faisal bantuan Saudi Arabia,
di Sidney dibangun masjid dengan biaya US 900.000 Dollar. Setelah perang dunia
kedua, jumlah umat Islam terus meningkat dengan pesat. Dari 2.704 menjadi
22.331 jiwa.
2.3
Kondisi Masyarakat Muslim Australia
Islam di
Australia semakin berkembang, dengan banyaknya imigran yang datang dari Turki
dan Afrika. Kegiataan keagamaan di Australia cukup semarak, dilihat banyaknya
majelis taklim atau pengajian. Hubungan penduduk Muslim dan Non Muslim di
Australia, cukup baik sebelum peristiwa 11 September. Tetapi setelah peristiwa itu,
bom Bali dan bom London banyak Muslim yang mendapat perlakuan kurang
menyenangkan, dari masyarakat dan Media Massa. Terkadang sebutan teroris sering
di lontarkan terhadap Kaum Muslim. harapan muslim di Australia bisa beribadah
dengan tenang dan terhindar dari tuduhan islam sebagai agama teroris.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Agama Islam dapat dengan mudah berkembang di berbagai negara, hal
ini di karenakan syarat dalam masuk Islam sangatlah mudah dan tidak memandang
kasta, suku, dal lainnya. Di Indonesia, Islam sebagai agama mayoritas penduduk,
tentunya menjadikan penduduk islam di Indonesia merasa aman dan damai.
Perkembangan Islam di negara Asia Tenggara terus bertambah maju, seperti Brunei
Darussalam, Singapura, Thailand. walaupun ada beberapa negara yang masih
menjadi minoritas.
Setiap muslim yang hidup di berbagai negara, mengharapkan agar dapat hidup dengan sejahtera dan damai, walaupun menjadi minoritas, penduduk islam berharap dapat menjalani hidup dengan baik dan mempunyai hak yang sama dengan pemeluk agama lain.
DAFTAR PUSTAKA
(n.d.).
Dahlan, M. (2019). Islam di Australia. Al Hikmah,
14.
Fadhly, F. (2018). Pemahaman Keagamaan Islam di Asia
Tenggara Abad XIII-XX. Millah: Jurnal Studi Agama, 16.
Hasaruddin. (2019). Perkembangan Sosial Islam di
Singapura. Al Ma'arief, 10.
Husain, S. B. (2017). Sejarah Masyarakat Islam
Indonesia. Surabaya: Airlangga University Press.
Husda, H. (2016). Islamisasi Nusantara. Adabiya,
18-19.
Nasruddin. (2017). Islam di Myanmar. Al Hikmah,
11.
Renre, A. (2012). Perkembangan Islam di Malaysia. Adabiyah,
9.
Sanurdi. (2018). Islam di Thailand. Tasamuh: Jurnal
Studi Islam, 6.
Sugeng Riyanto, S. T. (2019). Islam dalam Politik Luar
Negeri Singapura. Hubungan Internasional, 8.
Susetyo, H. (2009). The journal of a Muslim
Traveler. Jakarta: PT. Lingkar Pena Kreativa.
[1] Dr.
Sarkawi B. Husain, Sejarah Masyarakat
Islam Indonesia (Surabaya : Airlangga University Press, 2017), hal. 5
[2]
Hamka, Masuk dan Perkembangan Islam di Pesisir Sumatra Utara, Gema Islam, hal.
17.
[3]
Husaini Husda, “Islamisasi Nusantara”, Adabiya. Vol 18, No. 35, Agustus
2016, hal. 18-19.
[4] Ibid,
hal. 21-22.
[5]
H.J. de Graff, Cina Muslim di Jawa Abad XV dan XVI:Antara Historisitas dan
Mitos, Yogyakarta: Tiara Wacana, hal 7
[6] Sanurdi,
“Islam di Thailand”, Tasamuh. Vol. 10, No.2, September 2012, hal. 6
[7] Abdullah
Renre, “Perkembangan islam di Malaysia”, Adabiyah. Vol. XII No.2, 2012,
hal 9
[8]
Nasruddin, “Islam di Myanmar”, Al Hikmah. Vol. 19 No. 2, 2017, hal 11
[9]
Hasaruddin, “Perkembangan Sosial Islam di Singapura”, Al Ma’arief:
Jurnal Pendidikan Sosial dan Budaya, Vol. 1 No.1, 2019, hal. 10
[10]
Sugeng Riyanto dkk, “Islam Dalam Politik Luar Negeri Singapura”, Hubungan
Internasional, Vol. 7, No.2, 2019, hal. 8
[11]
Heru Susetyo, The Journal Muslim Traveler (Jakarta: PT. Lingkar Pena Kreativa,
2009), hal. 118-119
[12] M
Dahlan, “Islam di Australia”, Al Hikmah. Vol.21, No. 21, 2019, hal. 14
Komentar
Posting Komentar