Teori-teori Komunikasi untuk Membantu Identifikasi Masalah &
Kerja PR
Neuman (2006; dikutip di Kriyantono, 2014) teori merupakan
pengetahuan dunia nyata yang terorganisasi, sehingga dapat membantu orang untuk
memvisualkan dan menjelaskan sesuatu.
Teori dapat digunakan oleh seorang praktisi public
relationsions untuk menjadi pedoman pengambilan keputusan yang terkait
dengan situasi dan kondisi yang sedang dihadapi saat itu.
TEORI SISTEM
Teori sistem memfokuskan perhatian untuk memahami bagaimana
kualitas fungsi yang dijalankan setiap sistem dalam suatu relasi dinamis dengan
sistem-sistem lainnya (Kriyantono, 2014: 77).
Hal yang penting dari teori ini adalah hubungan sosialnya.
Hubungan sosial yang baik merupakan hasil (output) dari suatu
interaksi sosial, interaksi antara organisasi dengan publiknya.
Apabila sistem ini diterapkan, maka prinsip pokok yang berlaku
yaitu organisasi merupakan salah satu bagian (subsistem) dari suatu sistem
sosial yang lebih kompleks, karenanya saling berhubungan, saling tergantung,
dan saling memengaruhi satu sama lainnya.
Menjalin hubungan dalam organisasi merupakan suatu hal yang harus
diperhatikan dan harus diterapkan.
Praktisi public relations dapat menjadikan teori ini
sebagai dasar menjalin hubungan dengan publiknya
Teori ini juga menganggap bahwa aktivitas organisasi mengakibatkan
konsekuensi (dampak) bagi publiknya.
Public relations memiliki peran yang sangat krusial dalam
menjalankan hubungan dengan publiknya dan hasil yang akan didapat di publiknya
seperti citra dan reputasi organisasi itu sendiri
BOUNDARY SPANNING
Boundary spanning merupakan salah atu ciri dari sifat
organisasi yang merupakan sistem terbuka.
Sistem terbuka adalah terdapatnya interaksi anatara organisasi
dengan lingkungannya untuk melakukan monitoring, seleksi, dan menghimpun
informasi.
“organisasi tidak dapat
bergantung hanya pada proses dan interaksi internal seperti yang dilakukan
sistem tertutup. Organisasi harus berinteraksi dengan kelompok lainnya.”
Beberapa aktivitas pelaksanaan fungsi boundary spanning yang
dapat dilakukan oleh praktisi public relations, yaitu:
- Menjelaskan informasi tentang organisasi kepada publik
(lingkungannya).
- Memonitor lingkungannya sehingga mengetahui apa yang terjadi dan
menginterpretasi isu-isu yang potensial memengaruhi aktivitas organisasi dan
membantu manajemen merespon isu-isu tersebut melalui aktivitas isu manajemen.
- Membangun sistem komunikasi dua arah dengan publiknya agar
organisasi dapat beradaptasi dengan lingkungnnya.
RELATIONSHIP MANAGEMENT THEORY
Teori ini terkait dengan fungsi dasar public relations, yaitu
aktivitas komunikasi yang menghubungkan organisasi dan publik. Teori ini fokus
membahas proses manajemen relasi antara organisasi dan publiknya, internal
maupun eksternal, sehinga teori ini dikenal sebagai pusat atau inti
dari public relations.
Teori relationship management theory juga dikenal
seagai organization-public relationship (OPR) (Ledingham, 2003 &
2005; Philips, 2006; Waters, 2008; dikutip di Kriyantono, 2014: 276).
OPR adalah “situsi yang terjadi di antara organisasi dan publiknya
yang di dalamnya tindakan kedua pihak dapat berdampak bagi kesejahteraan
ekonomi, sosial, budaya atau politik dari tiap-tiap pihak.”
TEORI
MATEMATIKA KOMUNIKASI
Claude Shannon
dan Warren Weaver menggambarkan tentang proses komunikasi antarmanusia sebagai
proses transmisi yang linier atara komunikator kepada komunikan
Beberapa konsep
yang saling berkaitan seperti konsep gangguan (noise), transmitter, sumber
(source), signal, receiver, destination, dan informasi.
Pesan disusun
oleh seseorang yang disebut sumber informasi, yang kemudian ditransmisikan
lewat trannsmiter dan nantinya akan menjadi signal (encode) yang akan
dimengerti oleh penerima, dan kemudian pesan itu diubah menajdi
signal sehingga dapat disebarkan melalui
beberapa channel atau saluran yang nantinya akan diterima dan
diubah oleh receiver menjadi pesan yang mudah dipahami
oleh destination.
Pesan
dimungkinkan akan mengalami gangguan (noise) yang dapat memengaruhi sinyal yang
dipancarkan sehingga berpotensi mengganggu penerimaan pesan.
Adanya gagguan
dapat menyebabkan penerimaan presepsi yang berbeda antara praktisi public
relations dengan publiknya, sehingga dapat berdampak pada organisasi.
UNCERTAINTY
REDUCTION THEORY
Charles Berger
dan Richard Calabrese menjelaskan tentang bagaimana individu menggunakan
komunikasi untuk mengurangi keragu-raguan, memahami orang lain dan diri
individu itu sendiri, dan membuat prediksi tentang perilaku orang lain ketika
berinteraksi dengan orang lain saat pertama bertemu .
Pada dasarnya,
tujuan komunikasi adalah untuk mengurangi ketidakpastian yang dirasakan oleh
seorang individu mengenai lingkungan dan orang-orang disekitarnya.
Ada 2 jenis
ketidakpastan. Ketidakpastian yang pertama adalah ketidakpastian perilaku
(behavioral uncertainty), yaitu ketidakpastian yang berkaitan akan perilaku
mana yang seharusnya seseorang lakukan dalam suatu situasi.
Ketidakpastiaan
yang kedua adalah ketidakpastian kognisi (cognitive uncertainty), yaitu
ketidakpastian yang berkaitan tentang apa saja yang seharusnya dipikirkan
tetang sesuatu atau orang lain.
Dalam
praktik public relations, teori ini digunakan untuk meminimalisir adanya
ketidakpastiaan publik terhadap suatu organisasi.
Tugas public
relations adalah menciptakan citra dan reputasi yang positif mengenai
organisasi kepada publik. Informasi yang diberikan kepada publik haruslah
legkap dan tidak boleh terpotong-potong karena informasi ini lah yang akan
menentukan perilaku publik terhadap organisais.
karena itu,
organisasi harus membantu publiknya untuk mengurangi ketidakpastian dengan
lebih terbuka memberikan informasi (seld-disclosure), sehingga publik dalam
keadaan berkecukupan informasi atau well informed
TEORI
EXCELLENCE IN PUBLIC RELATIONS
4 model tipe
proses kegiatan public relations dalam menjalin hubungan dengan
publik:
1. Model Press
Agentry/Publisitas.
Model yang
menggunakan komunikasi satu arah (one-way communication) dari organisasi kepada
publiknya. Praktisi public relations lebih banyak melakukan
propaganda atau kampanye untuk tujuan publisitas media yang menguntungkan
pihaknya. Ini merupakan kegiatan publisitas, yaitu upaya meraih perahatian dan
liputan media. Model ini sering disalahgunakan dengan berbagai cara, yang salah satunya dibuat untuk mengabaikan
kebenaran informasi sebagai upaya untuk menutupi unsur negatif organisasi atau
individu.
2. Model Public
Information.
Model ini juga
menggunakan komunikasi satu arah seperti model press-agentry. Tujuannya
untuk membangun kepercayaan publik melalui komunikasi satu arah dengan memberikan
informasi kepada publik, tetapi tidak mementingkan persuasif untuk merubah
sikap. Biasanya, organisasi yang mengunakan model ini cenderung untuk
memberikan informasi mengenai organisasinya (termasuk produk dan jasa) tanpa
memerdulikan feedback dari publiknya.
3. Model
Two-Way Asymmetric.
Modelini
menggunakan komunikasi dua arah antara organisasi dengan publiknya. Meski telah
menggunakan komunikasi dua arah, tetapi model two-way asymmetric ini
lebih mengarahkan strategi komunikasi organisasi untuk memengaruhi publik untuk
beradaptasi dengan organisasi, bukan sebaliknya. Praktisi public
relations dapat membantu organisasi memersuasi publik agar berpikir dan
bertindak seperti yang dikehendaki oleh organisasi. Karena
sifat asymmetric yang dimilikinya, organisasi pada model ini tidak
berupaya untuk mengubah sikap dirinya, tetapi berupaya untuk mengubah sikap dan
perilaku publiknya.
4. Model
Two-Way Symmetric.
Model ini
berangkat dari mindset bahwa public relations sebagai
penggunaan komunikasi untuk memanipulasi publik agar mendapatkan keuntungan
untuk organisasi, maka model press-agentry, public information,
dan two-way asymmetric masih bersifat asimetris yang berupaya untuk
mengubah perilaku publik tanpa dibarengi upaya untuk mengubah perilaku
organisasi. Model ini merupakan model yang paling ideal, karena
mengutamakan komunikasi secara penuh dengan publiknya serta fokus pada upaya
membangun hubungan dan pemahaman bersama, bukan upaya untuk memersuasi publik
dengan berbagai cara. Model ini sangat memerhatikan feedback dari
publik, menganggap publik lebih dari sekadar publik.
CONTINGENCY OF
ACCOMODATION THEORY
Teori contingency
of accomodation merupakan modifikasi dan pelengkap dari teori normatif
(teori excellence). Teori CA dianggap sebagai potret yang lebi relaistis
dari strategi PR atau model PR, karena public rekations bergerak
antara advokasi murni bagi organisasi atau klien dan akomodasi murni bagi
publik.
Teori CA bukan
berseberangan dengan teori excellence, melainkan lebih untuk memperkaya
dan membuat lebih kompleks.
Akomodasi
sebagai situasi ketika praktisi public relations berupaya untuk
memenuhi kebutuhan organisasi dan publiknya melalui dialog, negosiasi, dan
kompromi, sedangkan advokasi yaitu situasi ketika praktisi public
relations berusaha untuk memenuhi kebutuhan organisasi atau publik dengan
cara mengurangi atau meniadakan kebutuhan pihak lainnya.
Win-win
solution yang ditawarkan oleh model two-way
symmetric tidak selama merupakan kondisi yang ideal bagi organisasi atau
bahkan sulit untuk mancapainya .
Praktisi public
relations pada saat tertentu dapat menerapkan strategi secara bergantian:
bersikap akomodatif atau bersikap advokatif, tergantung variabel internal atau
eksternal yang dominan. Tidak ada strategi yang tetap sebagai teori normatif
dalam public relations.
SITUATIONAL
THEORY OF THE PUBLIC
[10.30,
9/11/2020] Bu Dosen Ari Yusmindarsih: Teori situational of the public / STP ini
adalah teori yang bermanfaat untuk mengidentifikasi publik, sehingga dapat
membuat kategori publik dengan lebih spesifik berdasarkan perilaku komunikasi
dari individu dan efek komunikasi yang diterima individu tersebut.
Hal ini untuk
memastikan bahwa pesan komunikasi yang disampaikan oleh praktisi public
relations benar-benar sesuai dengan kebutuhan sasarannya.
Publics:
jurnalis, karyawan, investor, konsumen, pemerintah, atau komunitas lokal.
Untuk
menentukan publik yang aktif tau tidaknya, praktisi public
relations harus melakukan penelitian terlebih dahulu. Penelitian dapat
dilakukan dengan cara survei ataupun melakukan focus group
discussion (FGD). Selain itu, STP ini juga dapat dijadikan acuan bagi
praktisi public relations untuk bersikap lebih etis dalam
kampanyenya.
TEORI
STRUKTURASI
Teori
strukturasi digagas oleh Anthony Giddens.
Giddens melihat
bahwa individu mempunyai kemauan untuk mengubah struktur sosial. Struktur dalam
sistem sosial seperti norma-norma kelompok, jaringan komunikasi, institusi
sosial, ataupun aturan pergaulan memengaruhi perilaku individu sehingga
individu juga bisa memengaruhi struktur-struktur itu, salah satunya dengan cara
membuat aturan baru.
Teori sistem
merujuk pada relasi antarbagian sistem, sedangkan teori strukturasi menyebut
relasi itu merupakan bagian dari sistem.
Asumsi pokok
mengenai teori strukturasi:
- Manusia
adalah aktor (agen) yang menentukan pilihan sendiri atas perilakunya.
- Organisasi
diproduksi dan direproduksi melalui struktur yang dalam hal ini adalah
penggunaan aturan dan sumber saya dalam interakri sosial.
- Struktur
bukanlan entitas fisik, melainkan merupakan seperangkat peraturan (rule) dan
sumber daya (resources) ynag digunakan organisasi untuk mencapai tujuannya.
- Karena
struktur bersifat dinamis, maka struktur dalam organisasi bukan hanya dibentuk
pada awalnya saja (prouced), melainkan juga mengalami proses pembentukan
kembali (mengalami perubahan atau reproduced).
- Struktur
sering dipinjam dari kelompok yang lebih besar.
Dalam
praktik public relations, teori strukturasi ini memandang bahwa
proses public relations sebagai suatu proses komunikasi yang dinamis
dimaknai bukan hanya dilakukan oleh praktisi public relation¸ melainkan
oleh semua anggota organisasi.
Proses public
relations dapat dilakukan pada semua level organisasi, sehingga dapat
memberikan peluang anggota organisasi untuk mengkonstruksi realitas sosial agar
dapat menciptakan pengertian bersama (shared-meaning).
TEORI MOTIVASI
DAN GAYA MANAJERIAL
Gaya
kepemimpinan merupakan suatu hal yang penting pada organisasi karena akan
memengaruhi kerja anggota organiasinya.
Praktisi public
relations harus memahami gaya manajerial yang dilakukannya. Proses komunikasi
pada teori ini juga dinggap suatu hal yang penting untuk memotivasi
karyawan-karyawannya dalam hal pekerjaan.
Seni memotivasi
yang biasanya dilakukan oleh manajer ini juga pada dasarnya merupakan manajemen
yang dilakukan oleh manajer agar orang lain melaksanakan apa yang dikehendaki
oleh si manajer. Gaya memotivasi merupakan indikator gaya manajerial.
Di dalam teori
MOTIVASI dan GAYA MANAJERIAL, ada teori lain yang menjadi indikator dan
memiliki hubungan dengan teori tersebut. Teori-teori tersebut adalah:
Teori Hirarki
Kebutuhan.
Abraham Maslow:
beberapa tingkatan kebutuhan yang harus dipenuhi agar seseorang merasa
terpuaskan, tingkatan tersebut adapalah (1) kebutuhan fisiologi, (2) kebutuhan
keamanan dan keselamatan, (3) kebutuhan sosial, (4) kebutuhan akan penghargaan
diri atau self-esteem, dan (5) kebutuhan aktualisasi diri.
Teori X dan Y.
Doughlas
McGregor: teori X didefinisikan sebagai upaya untuk mengelola orang dengan
memotivasi mereka sejak awal dengan kekuatan fisik dan kekuasaan. Teori X
berasumsi bahwa pada dasarnya individu mempunyai sifat yang tidak suka beekerja
sehingga diperlukanlah motivasi tersebut.
Teori Y
mengasumsikan bahwa individu secara alami mempunyai keinginan dan kebutuhan,
salah satunya kebutuhan untuk bekerja, peran manajer lebih untuk mendorong dan
menyediakan peluang agar keinginan dan kebutuhan tersebut dapat terpenuhi.
Teori V.
Ward L. Quaal
dan Kames A. Brown: teori V dikenal juga sebagai the “v” of management.
Teori ini memandang proses manajerial sebagai proses relasi dua arah
(biraletional). Proses manajemen yaitu suatu proses pemberian perintah dan
arahan yang mengandung hubungan antarpersonal, yang mengandung makna dan
interelasi yang dinamis dari orang-orang yang terlibat dalam proses pemberian
dan pengaktualisasian perintah dan arahan.
Teori
Kesehatan-Motivator.
Frederick
Herzberg: ada dua faktor kepuasan dan tidak kepuasan kerja, yaitu motivator
(seperti tanggung jawab, kemajuan pekerjaan, prestasi kerja, pekerjaan itu
sendiri, dan peluang pengembangan diri) dan pemeliharaan (maintenenca) atau
kesehatan (hygine) (yang mencakup gaji, supervisi, keamanan kerja, kebijakan
organisasi, kondisi lingkungan kerja, administrasi, hubungan dengan rekan
kerja)
Rensis Likert:
Teori motivasi dan gaya manajerial memiliki 4 tipe manajerial:
1. Gaya
penguasa mutlak (the exploitative authoritative).
2. Gaya semi
mutlak (the benevolent authoritative system).
3. Gaya
penasihat (the consultative system).
4. Gaya
pengajak-serta (the participative management system).
Teori ini
penting bagi praktisi public relations untuk mengetahui dan memahami
motivasi yang dimiliki karyawan. Ini untuk mendapatkan feedback bagi
manajemen yang akan digunakan utnuk merumuskan strategi meningkatkan motivasi
kerja karyawan. Teori ini juga digunakan untuk memberikan informasi kepada
karyawan bahwa mereka memiliki kebutuhan yang universal dan
praktisi public relations harus memahami kebutuhan karyawan-karyawan
tersebut
Komentar
Posting Komentar